Minggu, 19 Agustus 2012

“Vegetarian with Egg vs Vegetarian without Egg” Pilih yang Mana?


“Ma, kenapa kita nggak boleh makan daging?” Pertanyaan ini mungkin akan seringkali terlontar dari mulut anak keluarga vegetarian. Kemudian, ibu mereka mungkin ada yang menjawab,”Semua binantang adalah teman kita, mereka diciptakan untuk membantu manusia. Contohnya saja, sapi membantu pak tani membajak sawah, kuda membantu pak kusir menarik delman, cacing pintar menyuburkan tanah. Jadi kita harus menyayangi mereka, tidak membunuh dan memakan mereka”. Itu adalah jawaban sederhana yang dapat menjadikan anak sebagai vegetarian seperti orang tua mereka. Tapi, alasan menjadi vegetarian tidak sesederhana itu, salah satunya karena alasan agama. Selain itu, mereka menganggap makanan vegetaris lebih banyak mengandung zat-zat makanan (karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral) yang dapat mengurangi resiko penyakit, lebih alami, memberikan stamina yang lebih tinggi, hemat dan ekonomis serta memilki harapan hidup yang lebih lama. Mengenai harapan hidup, telah dilakukan penelitian bahwa Orang Hunza di daerah pegunungan Pakistan Utara makanan pokoknya adalah biji-bijian dan sayur-mayur, dan kebanyakan mencapai umur diatas 100 tahun. Orang Otomi di Mexiko dan orang pegunungan di Equador kebanyakan berumur panjang, karena makanan sehari-hari mereka adalah biji-bijian, sayur mayur dan buah-buahan.
Berbagai latar belakang yang menjadikan seseorang vegetarian menyebabkan adanya perbedaan tipe vegetarian berdasarkan jenis makanannya. Ada vegetarian yang juga makan telur (ovo vegetarian). Sebaliknya ada juga yang tidak makan telur, murni vegetarian, biasanya diebut vegan. Kedua tipe vegetarian mempunyai resiko masing-masing untuk defisiensi akan makro ataupun mikronutrien. Akan tetapi, vegen (vegetarian murni) mempunyai potensi yang lebih besar untuk mengalami defisiensi makronutrien ataupun mikronutrien.
Salah satu umber asam amino lengkap penting telur. Protein dalam produk telur lengkap, yang berarti bahwa telur menyediakan semua asam amino esensial dalam perbandingan yang tepat. Sebaliknya, sebagian protein tumbuhan tidak lengkap, yang defisien akan satu atau lebih asam amino esensial. Jagung misalnya, defisien akan asam amino lisin. Memang, seorang vegan dapat memperoleh semua asam amino esensial dalam jumlah yang mencukupi dengan cara memakan kombinasi makanan yang melengkapi satu sama lain. Buncis misalnya, menyediakan lisin yang tidak terkandung dalam jagung; sementara buncis defisien akan metionin, asam amino yang terdapat dalam jagung. Dengan demikian. Makanan yang terdiri atas buncis dan jagung dapat menyediakan semua asam amino esensial (Campbell, 2005: 22). Akan tetapi, permasalahnnya adalah kombinasi sayur-sayuran tersebut harus dikonsumsi pada satu hari yang sama. Karena tubuh tidak dapat menyimpan asam amino, maka defisiensi suatu asam amino esensial akan menghambat sintesis protein dan membatasi pengguanaan asam amino esensial. Kenyataan tersebut menuntut seorang vegan untuk benar-benar makan dengan kombinasi  sayur yang tepat. Berbeda dengan ovo vegetarian yang mempunyai opsi telur sebagai sumber asam amino esensial lengkapnya sehingga kemungkinan defisiensi asam amino esensialnya lebih kecil dari vegan.
Berdasarkan penelitian, anak yang vegan (vegetarian murni) mempunyai pertumbuhan yang relatif lambat meskipun badannya sehat. Sementara, anak yang ovo vegetarian mempunyai pertumbuhan yang normal seperti halnya anak-anak non vegetarian pada umumnya (Sabate, 2001: 776). Hal ini kemungkinan berkaitan dengan defisiensi protein pada anak yang vegan. Dalam fenomena sehari-hari, anak memang seringkali tidak patuh dengan makannya. Demikian pula dengan anak vegan yang tidak taat pada makannya. Akan tetapi, ketidak patuhan anak yang vegan beresiko lebih besar pada diri anak tersebut dibandingkan dengan anak ovo vegetarian ataupun non vegetarian. Ketakpatuhan untuk makan semua makanan yang disajikan orang tua anak yang vegan telah berpotensi besar menyebabkan anak tersebut defisiensi protein. Sementara, protein sangat penting sebagai zat pembangun tubuh anak sehingga defisiensi akan asam amino esensial tertentu yang pada akhirnya menyebabkan defisiensi protein dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan.
Selain, beresiko defisien akan asam amino esensial, vegan (vegetarian murni) juga beresiko defisien akan vitamin B12 yang sumber utamanya dari daging, telur, dan produk susu. Defisiensi vitamin ini dapat menyebabkan anemia dan kelainan sistem saraf. Hal itu, terkait dengan fungsi vitami B12, yakni sebagai koenzim dalam metabolisme asam nukleat dan diperlukan untuk maturasi sel-sel darah merah (Campbell, 2005:24). Akan tetapi ternyata, setelah disurvey, tidak hanya vegan yang mengalami defisiensi B12, tapi juga ovo vegetarian, bahkan orang  yang non-vegetarian meski persentasenya memang berbeda. Berikut data defisiensi vitamin B12 vegan, ovo vegetarian (dalam penelitian ini lacto ovo vegetarian= vegetarian yang mengonsumsi susu dan telur), juga orang yang non vegetarian.
                                                                                    (Herrmann, et al., 2001: 1097)
*HME=high meat eaters, LME=low meat eaters, LOV=lacto ovo vegetarian, vegans= pure vegetarian, HCY= homocysteine, MMA= metilmalonic acid
Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah non-vegetarian yang mengalami defisiensi vitamin B12, yang pengonsumsi tinggi daging 0%, dan pengonsumsi rendah daging 11%, smentara ovo vegetarian 6%, dan yang tertinggi pada vegan, yakni 14%. Data tersebut menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap defisiensi vitamin B12 tidak hanya status vegetarian atau bukan, ovo vegetarian atau vegan, tetapi juga gaya hidup masing-masing individu. Akan tetapi, secara umum, dapat disimpulkan bahwa vegan yang memang tak makan telur berpotensi lebih besar untuk mengalami defisiensi vitamin B12 dibandingkan dengan ovo vegetarian yang makan telur.
            Pada vegetarian murni/vegan, resiko defisien akan zat besi juga relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan vegetarian yang makan telur/ ovo vegetarian. Besi (Fe) dapat didaptkan dari telur, juga memang dapat didapatkan dari sayuran berdaun hijau seperti bayam. Akan tetapi, Fe yang didapatkan dari sayuran diabsorbsi dengan jumlah yang rendah jika dibandingkan dengan Fe yang didapatkan dari  telur. Hal ini terkait, dengan waktu transit makanan berserat seperti sayuran yang membutuhkan waktu lebih sedikit dari makanan non serat seperti telur sehingga absorbsi besi dari sayur (bayam, brokoli) sangat minim (Wijaya, 2007:3).
            Tiap pilihan memang memiliki keuntungan dan resiko masing-masing, demikian juga dengan pilihan sebagai vegetarian, baik itu vegan ataupun ovo vegetarian. Dari beberapa penelitian, memang resiko defisiensi nutrient pada vegan lebih besar jika dibandingkan dengan pada ovo vegetarian. Akan tetapi, latar belakang yang kuat untuk menentukan pilihan sebagai vegan pada sebagia orang (misalnya karena perintah agama) menyebabkan para vegan tak memilih opsi sebagai ovo vegetarian. Walaupun demikian, semua resiko kembali ke individu masing-masing. Baik vegan, ovo vegetarian ataupun non vegetarian sekalipun akan sama-sama beresiko defisien akan nutrien jika lifestyle, khususnya pola makan mereka tidak baik, begitu juga sebaliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar