Definisi
Merupakan
suatu penyakit infeksi yang disebabkan virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopaati, trombositopenia, dan
diatesis hemoragik.
Walaupun
demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue( DBD) disebabkan oleh virus yang
sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan
klinis. Perbedaan yang utama adalah pada peristiwa renjatan yang khas pada DBD.
Renjatan itu disebabkan karena kebocoran plasma
yang diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue tidak terjadi kebocoran plasma.
II.1.2 Etiologi
Akan
dibahas pada pembahasan etiologi Demam
Berdarah Dengue.
II.1.3 Epidiomologi
Demam ini endemic di Asia tropic, dimana
suhu panas dan praktek penyimpanan air di rumah menyebabkan populasi Aedes
aegypti besar dan permanent. Diperkirakan sekitar 50 juta atau lebih kasus
dengue setiap tahun diseluruh dunia, dengan 400.000 kasus demam berdarah
dengue.
Pada masa itu
infeksi virus dengue di Asia Tenggara hanya merupakan penyakit ringan yang
tidak pernah menimbulkan kematian. Tetapi sejak tahun 1952 infeksi virus dengue
menimbulkan penyakit dengan manifestasi klinis berat, yaitu DBD yang ditemukan
di Manila, Filipina. Kemudian ini menyebar ke negara lain seperti Thailand, Vietnam,
Malaysia, dan Indonesia.
Infeksi virus
dengue telah ada di Indonesia sejak abad ke -18, seperti yang dilaporkan oleh
David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Saat itu infeksi virus dengue
menimbulkan penyakit yang dikenal sebagai penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang
disebut juga sebagai demam sendi (knokkel koorts). Disebut
demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai dengan
nyeri pada sendi, nyeri otot, dan nyeri kepala.
Sejak
tahun 1968 penyakit ini ditemukan di Surabaya dan Jakarta, selanjutnya sering
terjadi kejadian luar biasa dan meluas ke seantero wilayah Republik Indonesia.
II.1.4 Patogenesis
Walaupun
demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue( DBD) disebabkan oleh virus yang
sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbeda yang menyebabkan perbedaan
klinis. Perbedaan yang utama adalah pada peristiwa renjatan yang khas pada DBD.
Renjatan itu disebabkan karena kebocoran plasma
yang diduga karena proses imunologi. Pada demam dengue hal ini tidak
terjadi.
Manifestasi
klinis demam dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus. Virus
akan berkembang di dalam peredaran darah dan akan ditangkap oleh makrofag.
Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas
mulai. Makrofag akan segera bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya
sehingga makrofag menjadi APC(Antigen Presenting Cell). Antigen yang menempel
di makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk
memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang
akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang
akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi netralisasi,
antibodi hemagglutinasi, antibodi fiksasi komplemen.
Proses
diatas menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya
gejala sistemik seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.
Dapat terjadi manifetasi perdarahan karena terjadi aggregasi trombosit yang
menyebabkan trombositopenia, tetapi trombositopenia ini bersifat ringan
II.1.5
Diagnosis
Secara
laboratories pada fase akut (awal
demam) akan dijumpai jumlah leukosit normal, kemudian
menjadi leucopenia selama fase demam. Jumlah trombosit pada umumnya normal,
demikian pula semua factor pembekuan; tetapi pada saat epidemic, dapat dijumpai
Definisi
kasus DD/DBD
A. Secara
laboratories
1.
Konsumtif pisitif
(Kemungkinan Demam Dengue):
Apabila
ditemukan demam akut disertai dua atau lebih manifestasi klinis berikut: nyeri
kepala, nyeri bbelakang mata, mialgia, artralgia, ruam, manifestasi perdarahan,
leucopenia, uji HI≥1.280 atau IgM anti dengue positif, atau pasien berasal dari
daerah yang pada saat yang sama ditemukan kasus confirmed dengue infection.
2.
Confirmed DBD (pasti
DBD):
Kasus
dengan konfirmasi laboratorium sebagai berikut: deteksi antigen dengue,
peningkatan titer antibody > 4 kali pada pasangan serum akut dan serum
konvalesens, dan atau isolasi virus.
II.1.6
Manifestasi Klinis:
Setelah
masa inkubasi 4-6 hari (rentan 3-14 hari), gejala prodromal yang tidak khas
seperti nyeri kepala, nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah. Tanda khas
dari DD adalah peningkatan suhu mendadak, kadang-kadang disertai menggigil,
nyeri kepala, dan flushed face (muka kemerahan). Dalam 24 jam terasa nyeri pada
belakang mata terutama pada pergerakan mata atau bila bola mata ditekan,
fotofobia, dan nyeri otot serta sendi. Gejala lain yang dapat dijumpai adalah
anoreksia, konstipasi, nyeri perut/kolik, nyeri tenggorokan, dan depresi
(biasanya terdapat pada pasien demam) gejala tersebut biasanya menetap untuk
beberapa hari.
Secara
klinis ditemukan demam, suhu pada umumnya anatara 39-40oC, bersifat bifasik,
menetap antara 5-7 hari. Pada awal fase demam terdapat ruam yang tampak di muka
leher, dada. Pada akhir fase demam (hari ketiga atau keempat) ruam berbentuk
makulopapular atau berbentuk skarlatina. Selanjutnya pada fase penyembuhan suhu
turun dan timbul petekie yang menyeluruh pada kaki dan tangan dan diantara
petekie dapat dijumpai are kulit normal berupa bercak keputihan, kadang-kadang
dirasa gatal. Perdarahan kulit pada Demam Dengue terbanyak adalah uji Torniquet
positif dengan atau tanpa petekie.
Derajat
penyakit sangat bervariasai berbeda untuk tiap individu dan pada daerah
epidemic. Perjalanan penyakit biasanya pendek 5 hari tetapi dapat memanjang
terutama pada dewasa sampai beberapa minggu. Pada dewasa sering kali disertai
lemah, depresi dan bradikardi. Perdarahan seperti mimisan, perdarahan gusi,
hematuri, dan menorrhagia, sering terjaadi pada saat epidemic DD. Walaupun
jarang, kadang-kadang terjadi perdarahan hebat walaupun jarang menyebabkan
kematian. DD yang disertai dengan manifestasi perdarahan harus dibedakan dengan
DBD. Pada penderita demam dengue tidak terjadi kebocoran plasma sedangkan pada
penderita DBD dijumpai kebocoran plasma yang dibuktikan dengan adanya
hemokonsentrasi, efusi pleura dan asites.
II.1.7
Tatalaksana Demam Dengue:
Pasien
DD dapat berobat jalan, tidak perlu dirawat. Pada fase demam pasien dianjurkan:
1. Tirah
baring, selama masih demam
2. Obat
antipiretik atau kompres hangat diberikan apabila diperlukan.
3. Untuk
menurunkan suhu menjadi < 39oC, dianjurkan pemberian parasetamol.
Asetosal/salisilat tidak dianjurkan (kontra indikasi) oleh karena dapat
menyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis.
4. Dianjurkan
pemberian cairan dan elektrolit per oral, jus buah, sirop, susu, disamping air
putih, dianjurkan paling sedikit diberikan selama 2 hari.
5. Monitor
suhu, jumlah trombosit dan hematokrit sampai fase konvalesen.
II.1.8 Komplikasi:
Pada
pasien DD, saat suhu turun pada umumnya merupakan tanda penyembuhan. Meskipun
demikian semua pasien harus diobservasi terhadap komplikasi yang dapat terjadi
selama 2 hari setelah suhu turun. Hal ini disebabkan oleh karena kemungkinan
kita sulit membedakan antara DD dan DBD pada fase demam. Perbedaan akan tampak
jelas saat suhu turun, yaitu pada DD akan terjadi penyembuhan sedangkan pada
DBD terdapat tanda awal kegagalan sirkulasi (syok). Komplikasi perdarahan dapat
terjadi pada DD tanpa disertai gejala syok. Oleh karena itu, orang tua atau
pasien dinasehati bila terasa nyeri perut hebat, buang air besar hitam, atau
terdapat perdarahan kulit serta mukosa seperti mimisan, perdarahan gusi,
apalagi bila disertai berkeringat dingin. Hal tersebut merupakan tanda
kegawatan, sehingga harus segera dibawa segera
ke rumah sakit. Pada pasien yang tidak mengalami komplikasi setelah suhu
turun 2-3 hari, tidak perlu lagi diobservasi . tatalaksana DD tertera pada
tatalaksana tersangka DBD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar