Emergency Care of Unstable Angina
A.
Kriteria Diagnosis Pada Saat
Serangan
1.
Gejala
Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa
sakit, tetapi dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik
atau rasa terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah
antara tulang skapula, daerah rahang ataupun lengan. Sewaktu angina terjadi,
penderita dapat sesak napas atau rasa lemah yang menghilang setelah angina
hilang. Dapat pula terjadi palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir
pingsan.
2.
Pemeriksaan fisik
Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi
dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah
apeks. Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada
waktu serangan angina.
3.
EKG
EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat
normal, stress test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer.
Gambaran EKG
penderita ATS dapat berupa depresi segmen ST, depresi segmen ST disertai
inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang ikatan His dan tanpa
perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG pada ATS bersifat sementara
dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri ataupun sersamaan. Perubahan tersebut
timbul di saat serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau awal setelah
keluhan angina hilang dalam waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap
setelah 24 jam atau terjadi evolusi gelombang Q, maka disebut sebagai IMA.
Tujuan dari stress test
adalah :
s
Menilai sakit dada apakah
berasal dari jantung atau tidak.
s
Menilai beratnya penyakit
seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah utama akan memberi hasil
positif kuat.
4.
Enzim Jantung (LDH, CPK dan
CK-MB)
Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat tetapi
tidak melebihi nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang paling
sensitif untuk nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu,
karena meningkat setelah 3 jam dan mencapai puncak dalam 10-24 jam, kembali
normal dalam 2-4 hari. Hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar enzim
secara serial untuk menyingkirkan adanya IMA.
B.
Kriteria Diagnosis non-attack
1.
Pasien masih baru dalam 2
bulan, dimana angina cukup berat dan sering 3 kali sehari
2.
Serangan makin berat,
sebelumnya angina stabil
3.
Serangan juga terjadi pada
waktu istirahat dengan durasi > 20 menit
C.
Tatalaksana
1.
Pengobatan medikal
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina.
Ada 3 jenis obat yaitu :
1)
Golongan nitrat
Nitrogliserin
merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut. Mekanisme kerjanya
sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner. Efeknya langsung
terhadap relaksasi otot polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi
exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoksia miokard. Bila di
berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina
2)
Calsium Antagonis
Dipakai
pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi serangan pada
beberapa bentuk angina. Cara kerjanya :
s
Memperbaiki spasme koroner
dengan menghambat tonus vasometer pembuluh darah arteri koroner (terutama pada
angina Prinzmetal).
s
Dilatasi arteri koroner
sehingga meningkatkan suplai darah ke miokard
s
Dilatasi arteri perifer
sehingga mengurangi resistensi perifer dan menurunkan afterload.
s
Efek langsung terhadap
jantung yaitu dengan mengurangi denyut, jantung dan kontraktilitis sehingga
mengurangi kebutuhan O2.
3)
Beta Bloker
Cara
kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang menyebabkan
kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan curah jantung
dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai
pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar
penderita.
2.
Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk :
s
memberi darah yang lebih
banyak kepada otot jantung
s
memperbaiki obstruksi arteri
koroner.
Ada 4 dasar jenis pembedahan :
1. Ventricular aneurysmectomy
Rekonstruksi terhadap kerusakan ventrikel kiri
2. Coronary arteriotomy
Memperbaiki langsung terhadap obstruksi arteri koroner
3. Internal thoracic mammary
Revaskularisasi terhadap miokard.
4. Coronary artery baypass
grafting (CABG) :
Hasilnya cukup memuaskan dan aman yaitu 80%-90% dapat menyembuhkan
angina dan mortabilitas hanya 1 % pada kasus tanpa kompilasi.
Metode terbaru lain di samping pembedahan adalah Percutanecus
transluminal coronary angioplasty (PTCA) dan Percutaneous ratational coronary angioplasty (PRCA).
Sumber : Anwar, BT, (2004). Angina Pektoris Tak Stabil, available
from <http://www.ems.gov/pdf/811077a.pdf> . Accessed at : 2012, Oktober
23)
IPD jilid 2