Selasa, 23 Oktober 2012

Unstable Angina


Emergency Care of Unstable Angina
A.    Kriteria Diagnosis Pada Saat Serangan
1.      Gejala
Didapatkan rasa tidak enak di dada yang tidak selalu sebagai rasa sakit, tetapi dapat pula sebagai rasa penuh di dada, tertekan, nyeri, tercekik atau rasa terbakar. Rasa tersebut dapat terjadi pada leher, tenggorokan, daerah antara tulang skapula, daerah rahang ataupun lengan. Sewaktu angina terjadi, penderita dapat sesak napas atau rasa lemah yang menghilang setelah angina hilang. Dapat pula terjadi palpitasi, berkeringat dingin, pusing ataupun hampir pingsan.
2.      Pemeriksaan fisik
Sewaktu angina dapat tidak menunjukkan kelainan. Pada auskultasi dapat terdengar derap atrial atau ventrikel dan murmur sistolik di daerah apeks. Frekuensi denyut jantung dapat menurun, menetap atau meningkat pada waktu serangan angina.
3.      EKG
EKG perlu dilakukan pada waktu serangan angina, bila EKG istirahat normal, stress test harus dilakukan dengan treadmill ataupun sepeda ergometer.
            Gambaran EKG penderita ATS dapat berupa depresi segmen ST, depresi segmen ST disertai inversi gelombang T, elevasi segmen ST, hambatan cabang ikatan His dan tanpa perubahan segmen ST dan gelombang T. Perubahan EKG pada ATS bersifat sementara dan masing-masing dapat terjadi sendiri-sendiri ataupun sersamaan. Perubahan tersebut timbul di saat serangan angina dan kembali ke gambaran normal atau awal setelah keluhan angina hilang dalam waktu 24 jam. Bila perubahan tersebut menetap setelah 24 jam atau terjadi evolusi gelombang Q, maka disebut sebagai IMA.
Tujuan dari stress test adalah :
s       Menilai sakit dada apakah berasal dari jantung atau tidak.
s       Menilai beratnya penyakit seperti bila kelainan terjadi pada pembuluh darah utama akan memberi hasil positif kuat.
4.      Enzim Jantung (LDH, CPK dan CK-MB)
Pada ATS kadar enzim LDH dan CPK dapat normal atau meningkat tetapi tidak melebihi nilai 50% di atas normal. CK-MB merupakan enzim yang paling sensitif untuk nekrosis otot miokard, tetapi dapat terjadi positif palsu, karena meningkat setelah 3 jam dan mencapai puncak dalam 10-24 jam, kembali normal dalam 2-4 hari. Hal ini menunjukkan pentingnya pemeriksaan kadar enzim secara serial untuk menyingkirkan adanya IMA.
B.     Kriteria Diagnosis non-attack
1.      Pasien masih baru dalam 2 bulan, dimana angina cukup berat dan sering 3 kali sehari
2.      Serangan makin berat, sebelumnya angina stabil
3.      Serangan juga terjadi pada waktu istirahat dengan durasi > 20 menit
C.     Tatalaksana
1.      Pengobatan medikal
Bertujuan untuk mencegah dan menghilangkan serangan angina. Ada 3 jenis obat yaitu :
1)      Golongan nitrat
Nitrogliserin merupakan obat pilihan utama pada serangan angina akut. Mekanisme kerjanya sebagai dilatasi vena perifer dan pembuluh darah koroner. Efeknya langsung terhadap relaksasi otot polos vaskuler. Nitrogliserin juga dapat meningkatkan toleransi exercise pada penderita angina sebelum terjadi hipoksia miokard. Bila di berikan sebelum exercise dapat mencegah serangan angina
2)      Calsium Antagonis
Dipakai pada pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekwensi serangan pada beberapa bentuk angina. Cara kerjanya :
s       Memperbaiki spasme koroner dengan menghambat tonus vasometer pembuluh darah arteri koroner (terutama pada angina Prinzmetal).
s       Dilatasi arteri koroner sehingga meningkatkan suplai darah ke miokard
s       Dilatasi arteri perifer sehingga mengurangi resistensi perifer dan menurunkan afterload.
s       Efek langsung terhadap jantung yaitu dengan mengurangi denyut, jantung dan kontraktilitis sehingga mengurangi kebutuhan O2.
3)      Beta Bloker
Cara kerjanya menghambat sistem adrenergenik terhadap miokard yang menyebabkan kronotropik dan inotropik positif, sehingga denyut jantung dan curah jantung dikurangi. Karena efeknya yang kadiorotektif, obat ini sering digunakan sebagai pilihan pertama untuk mencegah serangan angina pektoris pada sebagian besar penderita.
2.      Pembedahan
Prinsipnya bertujuan untuk :
s       memberi darah yang lebih banyak kepada otot jantung
s       memperbaiki obstruksi arteri koroner.
Ada 4 dasar jenis pembedahan :
1. Ventricular aneurysmectomy
Rekonstruksi terhadap kerusakan ventrikel kiri
2. Coronary arteriotomy
Memperbaiki langsung terhadap obstruksi arteri koroner
3. Internal thoracic mammary
Revaskularisasi terhadap miokard.
4. Coronary artery baypass grafting (CABG) :
Hasilnya cukup memuaskan dan aman yaitu 80%-90% dapat menyembuhkan angina dan mortabilitas hanya 1 % pada kasus tanpa kompilasi.
Metode terbaru lain di samping pembedahan adalah  Percutanecus transluminal coronary angioplasty (PTCA) dan Percutaneous ratational coronary angioplasty (PRCA).
Sumber : Anwar, BT, (2004). Angina Pektoris Tak Stabil, available from <http://www.ems.gov/pdf/811077a.pdf> . Accessed at : 2012, Oktober 23)
IPD jilid 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar