Kasus Mata 1
Seorang
perempuan berusia 35 tahun datang ke puskemas dengan keluhan mata terasa nyeri,
gatal, dan merasa ada benda asing. Dari hasil pemeriksaan didapatkan data
kelopak mata dan sekitarnya odema, konjugtiva hiperemis dan ada sekret mukopurulen,
kornea tampak hiperemis. Riwayat penyakit menunjukkan pasien pernah memiliki
bayi yang mengeluarkan kotoran dari matanya 1 hari-2 minggu setelah dilahirkan,
dan pasien memiliki riwayat penyakit menular seksual. Suhu tubuh pasien 39
derajat C dan tekanan darah 130/80 mmHg.
1.
Daftar
Masalah
a. Mata
terasa nyeri, gatal, dan merasa ada benda asing
b. Kelopak
mata dan sekitarnya edema
c. Konjuctiva
hiperemis dan ada sekret mukopurelen
d. Riwayat
Penyakit menular seksual
e. Suhu
tubuh pasien 39 derajat C dan tekanan darah 130/80 mmHg
2.
Diagnosis
Kerja
Konjuctivitis
Gonorhea
Analisis:
Konjuctivitis
gonorrhea merupakan penyakit pada mata yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit ini
dapat terjadi dalam kondisi hiperakut yang ditandai dengan edema di sekitar
kelopak mata dan sekret mukopurulaen yang profuse
(banyak). Penyakit ini juga merupakan penyakit menular seksual. Pada pasien
diatas, pasien memiliki riwayat penyakit menular seksual, jadi kemungkinannya
dapat juga Gonorhea, walaupun tidak menutup kemungkinan Clamidia Trachoma.
Pemeriksaan sekret akan membantu penegakan diagnosis dengan ditemukannya
bakteri diplococcus pada pewarnaan metilen blue.
3. Tujuan
Terapi
a. Mengeradikasi
bakteri penyebab yaitu Neisseria Gonorrhea
b. Mengurangi
reaksi peradangan yang terjadi di mata
4. Golongan
Obat yang sesuai tujuan terapi
a. Untuk
mengeradikasi bakteri penyebab
Nama
|
Efficacy
(Kemanjuran)
|
Safety
(Keamanan)
|
Suitability
(Kecocokan)
|
Penisilin
|
Sifat:
Bakterisidal (menghambat sintesis dinding sel).
Terutama pada bakteri gram positif (beberapa pada gram negatif,gonokokus)
Mekanisme:
Menghindarkan sintesa lengkap dari polimer untuk membentuk jaringan
peptidoglikan spesifik yang disebut murein. Bila sel tumbuh dan plasmanya
bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel yang tak
sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah.
Beberapa obat, memiliki kemampuan tahan
laktamase bagi bakteri penghasil beta-laktamase.
|
E.S
: reaksi alergi karena hipersensitasi, urtikari bahkan reaksi
anafilaksis yang fatal. Gangguan GIT (diare, mual, muntah) bahkan kolitis.
Dosis sangat tinggi dapat menyebabkan nefrotoksis dan neurotoksis
Wanita
hamil dan laktasi: semua dianggap aman, walaupun akan sedikit
sekali yang masuk ke darah janin dan ASI.
|
Kontraindikasi:
pada pasien dengan riwayat alergi penisilin.
Indikasi:
diberikan pada bakteri gram +,
beberapa pada gram -, dan pseudomonas
|
|
80
|
80
|
80
|
Sefalosporin
|
Spektrum
kerja luas, meliputi banyak kuman gram+, dan gram-, termasuk E.coli,
Klebsiella, dan Proteus. Bersifat
baktersidal dalam fase pertumbuhan kuman, dengan menghambat sintesis
peptidoglikan yang diperlukan kuman. Kepekaannya
terhadap beta-laktamase lebih rendah daripada penisilin.
Generasi
I: aktif terhadap cocci gram+,
tidak berdaya terhadap gonococci, H.influenzae, Bacteriodes, dan Pesudomonas,
tidak tahan terhadap beta-laktamase.
Generasi
II: lebih aktif terhadap gram-,
termasuk gonococci, H.influenzae,
Bacteriodes,serta kuman-kuman yang
resisten dengan amoksisilin. Agak kuat terhadap beta-laktamase dan efek
terhadap gram + (Streptokokus dan stafilokokus)sama
Generasi
III: Lebih
kuat terhadap gram-, lebih luas lagi terhadap Bacteriodes, dan Pesudomonas. Resistensi kuat terhadap beta-laktamase, namun
khasiat terhadap gram+ lebih ringan. Tidak aktif terhadap Methicilin Resistant Staphylococcus
Epidermis dan MRSA
Generasi
IV: sangat resisten terhadap laktamase dan aktif sekali terhadap pesudomonas.
|
E.S:
sama dengan penisilin, Alergi, namun lebih ringan, reaksi
anafilaksis disertai spasme bronkus
dan urtikaria. Gangguan GIT (diare, mual, muntah). Jarang ada reaksi alergi,
seperti rash dan urtikaria. Alergi
silang dapat terjadi pada derivat penisilin. Nefrotoksisitas lebih sering
pada generasi I, khususnya sefaloridin, dan sefalotin dosis tinggi. Beberapa
obat bisa menimbulkan reaksi disulfiram bila digunakan bersamaan dengan
alkohol, yaitu sefamandol dan sefoperazon.
Kehamilan
dan Laktasi: mudah melintasi plasenta, tetapi kadarnya
rendah dalam darah janin daripada darah ibunya.
|
Secara
umum : untuk terapi septikemia, pneumonia,
meningitis, infeksi saluran empedu, peritonitis dan infeksi saluran kemih. Generasi I: digunakan peroral pada ISK ringan dan pilihan kedua ada
infeksi saluran pernapasan dan kuit yang tidak begitu serius, dan bila
terdapat alergi untuk penisilin
Generasi
II dan III: digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap
amoksisilin dan generasi I, juga dikombinasi dengan aminoglikosida
(gentamisisn, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya.
Profilaksis bedah jantung, usus, ginekologi, dan lainnya. Sefoksitin dan
sefuroksim (gen.II) dipakai pada gonore.
Generasi
III: Seftriakson dan sefotaksim sering dianggap
sebagai obat pilihan pertama untuk
gonore. Sefokstitin pada infeksi Bacteriodes
fragilis.
Kontraindikasi
: Pada neonates yang seftriason dapat menggeser bilirubin dari plasma
albunin, jadi jangan pakai seftriason pada neonates yang hiperbilirubinemia
(unconjugated), hipoalbuminemia, asidosis.
|
|
80
|
80
|
90
|
Aminoglikosida
|
Spektrum
kerja luas, bersifat bakterisidal, banyak bacili
gram-, antara lain E.coli,
H.influenzae, Klebsiella, Proteus dan Enterbacter, Salmonrlla dan Shigella. Aktif juga mengatasi gonokokus, dan sejumlah gram + (Staphylococcus aureus/epiermis).
Aktivitas: baktersidal,
dengan penetrasi dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel.
Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu, sehingga biosintesa protein
diganggu. Tidak hanya terjadi pada
fase pertumbuhan kuman, namun juga termasuk saat kuman membelah diri.
Memiliki efek sisa setelah selesai
penggunaan obat, efek antibiotisnya masih ada walaun kadarnya dalam darah,
berangsur-angsur turun.
|
E.S
: yang digunakan secara
parenteral dapat menyebabkan kerusakan pada organ pendegaran dan
keseimbangan, akibat rusaknya saraf vestibulokoklearis (N.VIII)
(Ototoksik). Nefrotoksitas yang reversibel karena ditimbun dalam sel-sel
tubuler ginjal. Jarang terjadi blokade neuromuskuler dengan kelemahan otot
dan depresi pernafasan. Toksisitas di atas, bukan bergantung dosis, namun
pada lamanya pemakaian obat dan jenisnya (Netilmisin efeknya lebih kurang
untuk menimbulkan ototoksisitas).
Sebaiknya ditakarkan 1-2x sehari. Pada penggunaan oral dapat terjadi nausea,
muntah, diare, khususnya pada dosis tinggi.
Kehamilan
dan laktasi: dapat melintasi plasenta, merusak ginjal
dan tuli pada bayi. Tidak dianjurkan selama kehamilan. Sedikit mencapai ASI, bisa digunakan saat pemberian ASI.
|
Indikasi :kuman aerobic gram negative yang
telah resisten terhadap antibiotic lain. Kontraindikasi
: bila ada riwayat alergi pada aminoglikosida. Pada lansia dan gangguan
ginjal , pada pasien miaestenia gravis.
Perhatian
: Sebaiknya tidak diberikan
bersama-sama dg diuretic yang ototoksik (mis. Furosemide).
|
|
80
|
75
|
80
|
Tetrasiklin
|
Khasiat:bakteriostatik
dan bakterisidal lemah bila diinjeksikan secara intravena.
Mekanisme
kerjanya: berdasarkan sintesis protein kuman yang
diganggu. Spektrum kerja luas dan meliputi banyak cocci gram+ dan gram-, serta kebanyakan basili, kecuali pseudomonas dan
proteus. Aktif juga terhadap Chlamydia
trachomatis, Rickettsiae, Spirochaeta
terhadap sifilis dan frambusia, leptospirae, Actinomyces, dan beberapa protozoa (Amoeba).
Sudah
banyak terjadi resistensi
|
E.S:
Penggunaan oral dapat
menyebabkan gangguan GIT (mual, muntah, diare), disfagia, iritasi esofagus.
Efek lebih sering dan serius adalah sifat penyerapannya dalam tulang dan gigi
yang sedang tumbuh pada janin anak-anakà
karies . Fotosensitasi, kulit menjadi peka cahaya, menjadi kemerah-merahan,
gatal-gatal, dan sebagainya.
|
Indikasi:
Infeksi saluran napas, paru-paru, ISK, infeksi kulit dan mata.
Penggunaan pada acne, , karena adanya daya hambat terhadap akitvitas lipase
untuk Propionibacter acnes. Pada
bronkhitis kronis, adakalanya dijadikan sebagai obat profilaksis serangan
akut. Efektif untuk kuman anaerob oral (udah banyak resistensi),
Kontraindikasi:
Tidak
boleh diberikan pada ibu hamil dan menyusui, anak berusia
dibawah 12 tahun. Hipersensitivitas terhadap tetrasiklin, dan penyakit
ginjal.
|
|
75
|
80
|
0
|
Makrolida
|
Efek:
bakteriostatis, bakteri gram+, dan spektrum kerja mirip penisilin-G.
Mekanisme kerja, melalui pengikatan reversibel pada ribosom kuman, sehingga
sintesis proteinnya dirintangi.
Waktu paruh singkat, hingga perlu ditakarkan
sampai 4x.
Kinetik:
tergantung formulasi, bentuk garam atau ester. Makanan memperburuk absorbsi,
sebaiknya diminum saat perut kosong, kecuali diritromisin tidak dipengaruhi
oleh makanan. Kemampuan penetrasi ke jaringan dan organ baik, kadar
interseluler tinggi. Efek kuman intrasel tinggi, Legionella, Mycoplasma & Chlamydia. Sisanya di luar sel.
Metabolisme semua makrolida diuraikan dalam hati, melalui sistem sitokrom
P-450, menjadi metabolit inaktif. Kecuali, metabolit-OH dari klaritromisin.
Ekskresi berlangsung melalui empedu dan tinja serta kemih, terutama dalam
bentuk inaktif.
|
E.S:
Gangguan GIT (Mual, muntah,
diare), yang terutama nampak pada eritromisin akibat penguraiannya oleh asam
lambung. Lebih jarang nyeri kepala dan reaksi kulit. Eritromisin dosis tinggi
dapat menimbulkan ketulian reversibel, mungkin akibat pengaruhnya terhadap SSP. Semua makrolida dapat
mengganggu fungsi hati, yang tampak sebagai peningkatan nilai-nilai fungsi
hati, nyeri kepala, pusing dapat terjadi. Eritromisin dan dapat mengakibatkan reaksi alergi.
Kehamilan
dan laktasi: eritromisin aman, tapi tidak ada data untuk derivatnya,
sedangkan rosirtromisin aman diminum sambil memberi ASI. Klaritromisin
ternyata mengganggu perkembangan janin pada binatang coba, jangan digunakan
pada trimester pertama kehamilan.
|
Indikasi:
eritromisin merupakan pilihan
sebagai alternative dari penisilin. pilihan utama pada infeksi paru-paru
dengan Legionellapneumophilia (penyakit
veteran), Mycoplasma pneumoniae,
dan infeksi usus oleh Campylobacter
jejuni . eritromisin aktif terhadap klamidia dan mikoplasma. Pada
indikasi lain, seperti sepsis, endokarditis, dan pasien dengan
granulositopenia,atau lansia, sebaiknya digunakan yang bersifat baktersidal,
seperti penisilin dan sefalosporin. Untuk derivatnya yang lebih tahan asam
lambung dan keluhan GIT nya lebih ringan, seperti azitromisin dapat
diberikan, yang mampu melawan bakteri gram-, seperti Haemophilus influenzae, infeksi saluran napas. Untuk
klaritromisin dan azitromisin efektif juga mengatasi kuman penyerta pada
AIDS, seperti Toxoplasma gondii dan Mycobacterium avium intercellare.
Kontraindikasi:
Alergi eritromisin, saat
hamil tidak boleh diberikan
|
|
70
|
75
|
70
|
Kloramfenikol
|
Efek: Bakteriostatis dan berspektrum luas.
Bekerja bakterisidal terhadap Strep.pneumoniae,
Neiss.meningitides dan
H.influenzae, Salmonela thypi.
|
E.S:
gangguan GIT, neuropati optis dan perifer, radang lingua, mukosa
mulut, depresi sumsum tulang belakang, anemia aplastic, neuritis perifer.
Kehamilan
dan laktasi: tidak
dianjurkan, khususnya selama minggu-minggu terakhir dari kehamilan,
karena dapat menimbulkan sianosis dan hipotermia neonatus (grey baby syndrome), melintasi
plasenta, ASI, begitu pula untuk tiamfenikol
|
Indikasi:
infeksi tifus, meningitis (khusus bagi H.influenzae),
infeksi anaerob (contoh abses otak oleh B.fragilis
yang semuanya digunakan secara oral. Kontraindikasi:
Penderita anemia aplastik, ibu
hamil dan laktasi, . Penderita neuropati. Penderita dengan kelainan darah
lainnya.
|
|
80
|
0
|
0
|
Vankomisin
|
Efek:
bakterisidal kuman gram+ aerob dan anaerob, termasuk
stafilokokus yang resisten untuk metisilin (MRSA). Biasanya sebagai lini
terakhir, bila antibiotik lainnya sudah tidak mempan.
Kinetik:
resorpsi dari usus buruk, namun pada usus yang sakit, seperti pada enteritis
resorpsinya baik. Kadar terapeutis dalam cairan pleura, sinovial, dan saluran
kemih tercapai. Plasma T1/2 ialah 5-11 jam. Ekskresi 80% melalui saluran kemih.
|
E.S:
Gangguan fungsi ginjal,
terutama pada penggunaan lama dengan dosis tinggi, juga neuropati perifer,
reaksi alergi kulit menjadi kemerahan yang disebut the red man syndrome, mual, demam, dan lainnya. Kombinasi dengan
aminoglikosida meningkatkan resiko nefro dan ototoksisitas.
Kehamilan
dan Laktasi: belum ada data yang menjelaskan, namun obat
ini mencapai ASI.
|
Indikasi Untuk profilaksis dan pengobatan
pada endocarditis dan infeksi berat lainnya yang disebabkan oleh kokus gram
positif. Bisa sebagai pengganti bagi pasien yang alergi penisilin atau
sefalosporin. Indikasi: kolitis
akibat terapi seperti oleh linkomisin, klindamisin dan radang pada mukosa
usus oleh Stafilokokus.
Kontraindikasi:
Gagal ginjal, alergi vankomisin, Perhatian pada lansia, pasien dengan riwayat
gangguan pendengaran,mengkonsumsi obat aminoglikosida, neuropati
Bisa
diberikan oral, ataupun injeksi
|
|
0
|
0
|
0
|
Kuinolon
|
Efek:
berkhasiat sebagai baktersidal pada fase pertumbuhan
kuman, berdasarkan inhibisi enzim DNA-girase bakteriil. Karena enzim tersebut
hanya terdapat pada kuman dan tidak pada sel dari organisme yang lebih
tinggi, sehingga kuinolon-kuinolon tidak menghambat sintesis DNA manusia. Hal
yang sama berlaku bagi sulfonamida dan antibiotika beta-laktam.
Spektrum
Kerja: Asam
nalidiksat berkhasiat terhadap gram- seperti
Proteus, Klebsiella, Enterobacter. Begitu pula pipemidinat terhadap
Pseudomonas. Florokuinolon lebih luas spektrumnya semua kuman gram- termasuk Ps.aeruoginosa dan gonococci,
serta kebanyakan kuman gram+, termasuk Campylobacter
jejuni, Chlamydia, Legionella, Mycoplasma, dan Mycobacter tbc. Kurang
aktif terhadap Streptococci, Pneumococci dan kuman-kuman anaerob.
|
E.S:
Yang sering gangguan GIT,
seperti sakit perut, mual, muntah, anoreksia, dan diare, dyspepsia, sakit
kepala, gangguan tidur, ruam,pruritus. Jarang timbul Colitis pseudomembranosis. Yang lain, eritema, urtikaria, efek
neurologi (sakit kepala, pusing, neuropati dan perasaan kacau), efek psikis
hebat (eksitasi, takut, gelisah, dan perasaan panik) dan konvulsi.
Kehamilan
dan laktasi: tidak
dianjurkan pada wanita hamil dan laktasi, seperti siprofloksasin dan asam
nalidiksat.
|
Indikasi: kuinolon hanya untuk ISK
tanpa komplikasi. Namun florokuinolon,
lebih luas indikasinya, ISK dengan
komplikasi kuman-kuman multiresisten, misalnya melibatkan jaringan ginjal.
Selain itu, florokuinolon juga untuk infeksi saluran napas serius,
prostatitis kronis, infeksi kulit dan jaringan lunak oleh gram-. Juga untuk
mengobati salmonella, baik pembawa kronis maupun yang dimata. pilihan pertama
pada Teaveller’s diarrhea.
Kontraindikasi:
Senyawa-senyawa kuinolon ini jangan
diberikan pada anak-anak dibawah usia 16 tahun, karena dapat menyebabkan
penyimpangan pada tulang rawan terutama oleh asam nalidiksat. Bisa
menyebabkan artropati pada sendi penahan berat badan.
|
|
80
|
0
|
0
|
Sulfonamid dan timetropim (Kotrimoksazol)
|
Campuran sulfametoksazol dan trimetropim
dalam perbandingan 5:1 bersifat
bakterisidal.
Kinetik:
Resorpsi baik dan cepat.
Mendapai kadar puncak dalam darah hingga 4 jam. Distribusi sangat baik, pada
semua jaringan, saliva, dan CSS.
Trimetropim lebih lancar terkait sifat lipofiliknya. Plasma T1/2
hingga 10 jam. Ekskresi melalui ginjal sebagai zat aktif masing-masing 20-25%
dan 50-60%.
|
E.S:
sindrom stevens jhonson dan
diskrasi darah, seperti penekanan sumsum tulang dan agranulositosis,
neutropenia, trombositopeni. Kerusakan hati seperti icterus dan nekrosis
hati, sakit kepala, konvulsi, ataksia, tinitus
|
Indikasi:
Infeksi Proteus dan Klamidia. Juga pada ISK (E.coli dan Enterobacter), prostatitis, salmonellosis, bronkhitis.
Juga untuk mengobati dan mencegah radang pulmo karena Pneumocystis carinii- Pneumonia dari penderita AIDS,
Toksoplasmosis.
Kontraindikasi:
Kelainan darah, alergi sulfa.
|
|
70
|
70
|
70
|
b. Mengurangi
tanda-tanda peradangan pada mata
Golongan
obat
|
Efficacy
|
Safety
|
Suitability
|
NSAID
|
Menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam
arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat
siklooksigenase dengan kekuatan dan selektivitas yang berbeda.
|
Efek samping :
·
Iritasi
saluran GI
·
Ulserasi
·
Perdarahan
lambung.
|
Pasien
dengan riwayat gastritis tidak dianjurkan menerima obat ini, atau menerima
antasida bila minum NSAID.
|
SKOR
|
85
|
60
|
50
|
Kortikosteroid
|
·
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis
protein.
·
Kortikosteroid dapat mempengaruhi banyak sistem, mau efek yang
diinginkan untuk terapi serangan akut pada penyakit gout adalah efek anti-inflamasinya.
·
Obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit
fibrin, dilatasi kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas
fagositosis. Selain itu juga dapat menghambat manifestasi inflamasi yang
telah lanjut yaitu proliferasi kapiler dan fibroblast, penumpukan kolagen dan
pembentukan sikatrik.
|
ES:
-
Karena
pemberian jangka panjang dan dihentikan secara tiba-tiba: insufisiensi
adrenal akut dengan gejala demam, mialgia, atralgia, dan malaise.
-
ES
akibat pengobatan jangka panjang: gangguan cairan dan elektrolit,
hiperglikemia, glikosuria, mudah terjadi infeksi terutama TB, perdarahan atau
perforasi pada pasien tukak peptic, osteoporosis, miopati yang karekteristik,
psikosis, habitus pasien Cushing.
|
KI:
Kontraindikasi
relative yaitu diabetes melitus, tukak peptic/duodenum, infeksi berat,
hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular.
|
SKOR
|
80
|
60
|
50
|
Alasan pemilihan Golongan Obat:
a. Untuk
mengeradikasi bakteri penyebab yaitu Neisseria Gonorhea
Pengobatan esensial
pada infeksi gonokokus pada mata digunakan pengobatan sistemik dengan
menggunakan golongan penisilin. Namun beberapa tahun terakhir, resistensi
penisilin meningkat sehingga obat yang digunakan adalah golongan beta-lakmatase,
golongan sefalosporin. Penggunaan obat ini juga sesuai indikasi, karena
sekarang golongan sefalosporin digunakan sebagai obat lini pertama infeksi
gonokokus. Golongan aminoglikosida dan kuinolon juga sebnarnya efektif untuk
mengatasi kuman gonokokus, namun aminoglikosida kadarnya dapat ditemukan pada
ASI sedangkan kuinolon termasuk kontraindikasi pada ibu menyusui walaupun
beberapa buku menyebutkan kuinolon termasuk
kategori C yang penggunaannya harus hatihati. Selain
itu golongan kuinolon tidak dianjurkan lagi
digunakan untuk mengatasi gonore karena tingkat resistensi nya yang sudah
sangat tinggi baik di Amerika maupun diseluruh dunia (CDC, 2011). Tetrasiklin
dikontraindikasikan bagi ibu menyusui karena termasuk kategori D.
b. Untuk
mengurangi tanda-tanda peradangan
Untuk menghilangkan tanda-tanda peradangan pada pasien
dipilih golongan NSAID karena dibandingkan dengan golongan kortikosteroid
golongan ini aman dan memiliki efek samping yang lebih sedikit. Kortikosteroid
memiliki efek samping menurunkan daya tahan tubuh sehingga akan memperburuk
infeksi yang dialami pasien. Para amino fenol tidak digunakan karena golongan
ini memiliki efek antipiretik yang lebih besar daripada efek anti inflamasinya.
5.
Jenis
obat yang paling rasional digunakan
a. Untuk
mengeradikasi bakteri penyebab dari golongan sefalosporin
Sefalosporin
|
Spektrum
kerja luas, meliputi banyak kuman gram+, dan gram-, termasuk E.coli,
Klebsiella, dan Proteus. Bersifat
baktersidal dalam fase pertumbuhan kuman, dengan menghambat sintesis
peptidoglikan yang diperlukan kuman. Kepekaannya
terhadap beta-laktamase lebih rendah daripada penisilin.
Generasi
I: aktif terhadap cocci gram+,
tidak berdaya terhadap gonococci, H.influenzae, Bacteriodes, dan Pesudomonas,
tidak tahan terhadap beta-laktamase.
Generasi
II: lebih aktif terhadap gram-,
termasuk gonococci, H.influenzae,
Bacteriodes,serta kuman-kuman yang
resisten dengan amoksisilin. Agak kuat terhadap beta-laktamase dan efek
terhadap gram + (Streptokokus dan stafilokokus)sama
Generasi
III: Lebih
kuat terhadap gram-, lebih luas lagi terhadap Bacteriodes, dan Pesudomonas. Resistensi kuat terhadap beta-laktamase, namun
khasiat terhadap gram+ lebih ringan. Tidak aktif terhadap Methicilin Resistant Staphylococcus
Epidermis dan MRSA
Generasi
IV: sangat resisten terhadap laktamase dan aktif sekali terhadap pesudomonas.
|
E.S:
sama dengan penisilin, Alergi, namun lebih ringan, reaksi
anafilaksis disertai spasme bronkus
dan urtikaria. Gangguan GIT (diare, mual, muntah). Jarang ada reaksi alergi,
seperti rash dan urtikaria. Alergi
silang dapat terjadi pada derivat penisilin. Nefrotoksisitas lebih sering
pada generasi I, khususnya sefaloridin, dan sefalotin dosis tinggi. Beberapa
obat bisa menimbulkan reaksi disulfiram bila digunakan bersamaan dengan
alkohol, yaitu sefamandol dan sefoperazon.
Kehamilan
dan Laktasi: mudah melintasi plasenta, tetapi kadarnya
rendah dalam darah janin daripada darah ibunya.
|
Secara
umum : untuk terapi septikemia, pneumonia,
meningitis, infeksi saluran empedu, peritonitis dan infeksi saluran kemih. Generasi I: digunakan peroral pada ISK ringan dan pilihan kedua ada
infeksi saluran pernapasan dan kuit yang tidak begitu serius, dan bila
terdapat alergi untuk penisilin
Generasi
II dan III: digunakan parenteral pada infeksi serius yang resisten terhadap
amoksisilin dan generasi I, juga dikombinasi dengan aminoglikosida
(gentamisisn, tobramisin) untuk memperluas dan memperkuat aktivitasnya.
Profilaksis bedah jantung, usus, ginekologi, dan lainnya. Sefoksitin dan
sefuroksim (gen.II) dipakai pada gonore.
Generasi
III: Seftriakson dan sefotaksim sering dianggap
sebagai obat pilihan pertama untuk
gonore. Sefokstitin pada infeksi Bacteriodes
fragilis.
Kontraindikasi
: Pada neonates yang seftriason dapat menggeser bilirubin dari plasma
albunin, jadi jangan pakai seftriason pada neonates yang hiperbilirubinemia
(unconjugated), hipoalbuminemia, asidosis.
|
b. Untuk
mengurangi tanda-tanda peradangan
Jenis Obat
|
Efficacy
|
Suitability
|
Safety
|
Cost
|
Asam mefenamat
|
Mencapai
kadar puncak dalam plasma selama 2-4 jam
t½ 2
jam (ISFI, 2009)
|
KI :
peradangan usus besar (IONI, 2008).
|
ES :
mengantuk, diare, atau ruam kulit (segera hentikan pengobatan),
trombositopenia, anemia hemolitik, kejang pada overdosis (IONI, 2008).
|
Asam
mefenamat kapsul 250 mg @ Rp. 74,56
Asam
mefenamat tablet salut selaput 500 mg @ Rp. 127,00
|
Ibuprofen
|
Mencapai
kadar puncak dalam plasma selama 1-2 jam
t½
1,8-2 jam (ISFI, 2009)
|
KI :
pasien tukak lambung aktif, riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau
NSAID lainnya, dan pada gangguan koagulasi (ISFI, 2009).
|
ES :
gangguan saluran cerna lebih ringan, efek lainnya yang jarang adalah eritema
kulit, sakit kepala, dan trombositopenia (FKUI, 2008).
|
Ibuprofen
tablet 200 mg @ Rp. 73,36
Ibuprofen
tablet 400 mg @ Rp. 147,51
|
Ketoprofen
|
Mencapai
kadar puncak dalam plasma selama 0,5-2 jam
t½ 2,1
jam (ISFI, 2009)
|
KI :
pasien tukak lambung aktif, riwayat hipersensitivitas terhadap asetosal atau
NSAID lainnya (ISFI, 2009).
|
ES :
gangguan saluran cerna dan reaksi hiprsensitivitas (FKUI, 2008).
|
Ketoprofen
tablet 100 mg @ Rp. 1.227,60
|
Indometasin
|
Mencapai
kadar puncak dalam plasma selama 2 jam
t½ 4,5
jam (ISFI, 2009)
|
KI :
bersifat toksik sehingga tidak diberikan pada anak-anak, wanita hamil dan
menyusui, pasien dgn gangguan psikiatri, dan penyakit lambung (FKUI,
2008).
|
ES :
gangguan saluran cerna (diare), sakit kepala, pusing, tukak dan perdarahan
pada lambung dan usus, depresi, halusinasi, gangguan psikosis (IONI, 2008).
|
Indometasin
kapsul 25 mg @ Rp. 39,61
|
Piroksikam
|
Mencapai
kadar puncak dalam plasma selama 3-5 jam
t½ 50
jam (ISFI, 2009)
|
KI :
tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil, pasien tukak lambung, dan
pasien yang mengkonsumsi antikoaagulan (FKUI, 2008).
|
ES :
gangguan saluran cerna seperti tukak lambung, pusing, tinitus, nyeri kepala,
dan eritema kulit (FKUI, 2008).
|
Piroksikam
tablet 10 mg @ Rp. 75,00
Piroksikam
tablet 20 mg @ Rp. 105,00
|
ALASAN
PEMILIHAN JENIS OBAT:
a. Mengeradikasi bakteri gonokokus penyebab konjungtivitis
·
Untuk
mengeradikasi bakteri gonokokus pada pasien diskenario dipilih seftriakson dari golongan sefalosporin generasi ke-3 yang merupakan bagian dari golongan besar
antibiotik beta laktam. Obat ini dipilih karena
memiliki efikasi yang sangat tinggi untuk mengatasi gonore terbukti
dengan angka kesembuhan mencapai >95% pada pasien-pasien yang dirawat di RSCM Jakarta sehingga
penggunaan seftriakson sangat dianjurkan (Ilmu kulit kelamin FKUI, 2010).
Selain itu menurut CDC dalam penelitiannya mengenai kerentanan bakteri
gonokokus terhadap antibiotik sefalosporin generasi-3 (Gonococcal
Isolate Surveillance Project (GISP))
didapatkan dari tahun 1987-2008 hanya empat isolat gonokokus yang mengalami
penurunan kerentanan terhadap seftriakson, dan ditahun 2008 tidak ada satu pun
isolat gonokokus yang mengalami penurunan kerentanan terhadap seftriakson
sehingga seftriakson sekarang digunakan sebagai terapi lini pertama untuk
gonore di seluruh dunia. Dari segi harga seftriakson jauh lebih terjangkau dibandingkan
dengan penisilin, seftriakson diberikan dalam dosis tunggal sehingga cukup
dilakukan 1 kali injeksi pada pasien
dengan harga Rp.21.000 untuk seftriakson injeksi 1 g, sehingga sesuai dan cukup
terjangkau oleh pasien yang seorang
buruh tani. Sedangkan penisilin diberikan dalam bentuk injeksi 4 kali sehari
selama tujuh hari sehingga dari segi harga jauh lebih mahal dari seftriakson
dan frekuansi pemberian nya sangat tinggi selain menurunkan kepatuhan pasien
juga membuat rasa tidak nyaman pada pasien (nyeri akibat suntikan). Dari segi
keamanan seftriakson termasuk obat kategori B sehingga aman baik untuk ibu
hamil maupun ibu menyusui.
·
Sefiksim yang
merupakan obat lain dalam golongan sefalopsorin generasi ke tiga sebenarnya
juga cukup efektif untuk mengatasi infeksi oleh gonorrhea, namun menurut
penelitian oleh CDC, dari tahun 1987-2008 ditemukan 48 isolat gonokokus yang
mengalami penurunan kerentanan terhadap antibiotik ini sehingga dari segi
efikasi masih kurang dibandingkan dengan seftriakson dalam mengatasi gonorrhea.
Walaupun sefiksim dari segi harga lebih murah dan dari segi rute pemberian
lebih baik (oral) daripada seftriakson (injeksi) namun efikasi atau efektivitas
dari obat menjadi pertimbangan utama untuk kasus di skenario, karena konjungtivitis
gonore termasuk kegawatdarutan dalam bidang oftalmologi (resiko kebutaan sangat
tinggi) yang membutuhkan terapi antibiotik yang adekuat. Seftriakson walaupun
harus diberikan secara injeksi pada pasien disekenario, namun diberikan dalam
single dose (satu kali pemberian/injeksi)
b.
Menghilangkan
tanda-tanda peradangan pada mata pasien
Obat
dari golongan NSAID memiliki efikasi yang hampir sama, namun dari segi harga
ibuprofenlah yang memiliki harga paling terjangkau diantara obat NSAID
segolongan dan tersedia dalam bentuk generik di puskesmas. Selain itu obat ini
merupakan NSAID kategori B sehingga aman untuk ibu menyusui.
6.
Dosis
dan BSO
·
Untuk
gonore tanpa disertai konjungtivitis diberikan injeksi IM seftriakson 250 mg
dosis tunggal, sedangkan bila disertai konjungtivitis gonore diberikan injeksi
IM seftriakson 1 g dosis tunggal. BSO yang dipilih injeksi karena menurut
penelitian didapatkan angka gagal berobat yang tinggi apabila diberikan secara
oral untuk gonore (CDC, 2011).
·
BSO untuk ibuprofen à tablet, karena tidak
tersedia bentuk topical (tetes mata), dan tersedia di puskesmas
7.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar