Rabu, 22 Agustus 2012

POSR Integumen


Kasus 1
Seorang perempuan, usia 35 tahun datang dengan keluhan gatal-gatal di lipatan pahanya, sejak 3 hari terakhir. Pasien sudah sering mengalami keluhan ini, terutama jika makan seafood, dan berkeringat di daearah pahanya. Hasil pemeriksaan terlihat lesi  madidans (basah), keerahan, terlihat lesi satelit. Dokter kemudian memberikan obat derivate hidrokortison, antihistamin dan antijamur.

A. Daftar Masalah :
·         Gatal-gatal di lipatan pahanya sejak 3 hari terakhir terutama jika makan sea food
·         Berkeringat di daerah lipatan paha
·         Terdapat lesi madidans, kemerahan serta lesi satelit
Diagnosis    : Dermatitis alergi, infeksi jamur

B.  Tujuan Terapi
·         Mengatasi gatal-gatal pada lipatan paha
·         Mengobati lesi kemerahan yang ada pada lipatan paha

C.  Terapi yang Rasional
·         Hidrokortison (terlampir)
·         Antihistamin (terlampir)
·         Antijamur (terlampir)
Analisis
·         Obat derivat hidrokortison
Hidrokortison merupakan turunan sintesis dari kortikosteroid. Obat kortikosteroid memiliki efek anti radang dan immunosupresif terhadap berbagai pencetus inflamasi salah satunya adalah infeksi. Kerjanya kemungkinan dengan menekan kerja dari sel leukosit. Glukokortikoid sangat berkhasiat dalam jenis demartitis yang disertai dengan peradangan. Regimen yang lazim digunakan untuk erupsi eksema adalah salep hidrokortison 1% yang dioleskan secara lokal dua kali sehari. Glukortikoid hidrokortison ini dikontraindikasikan pada dermatitis yang luka akibat sudah lama tidak diobati. Pada pasien masih dapat diberikan hidrokortison. Terkait dengan efek samping yang dapat ditimbulkan, penggunaannya harus dibatasi, artinya diberikan bila perlu (dalam hal ini manifestasi berupa gatal dan eksema masih ada). Penggunaan dibatasi selama 1 minggu, jika gejala masih berlanjut, pasien diminta untuk konsultasi kembali ke dokter.
·         Anti histamin
Kasus ini kami memberikan obat antipruritus yang efektif kerjanya, praktis pemberiannya, cukup terjangkau harganya dan tidak menyebabkan kantuk  yaitu Cetirizine dengan dosis 5-10 mg dengan masa kerja 12-24 jam sehingga pemberian cukup 1 kali sehari. Alasan kami tidak memberikan Chlorpheniramine / CTM adalah karena obat golongan ini dapat menyebabkan kantuk sebab pasien dalam usia produktif sehingga kami menghindari penggunaan antihistamin yang sedative.
·         Obat anti jamur
digunakan pada umumnya adalah golongan azol, bekerja menghambat biosintesis ergosterol yang merupakan sterol utama untuk mempertahankan integritas membran sel jamur. Bekerja dengan cara menginhibisi enzim sitokrom P 450, C-14-α-demethylase yang bertanggung jawab merubah lanosterol menjadi ergosterol, hal ini mengakibatkan dinding sel jamur menjadi permeabel dan terjadi penghancuran jamur. Obat yang kami pilih untuk antijamur adalah ketokonazol cream 2% karena memiliki spektrum antijamur yang luas, dipilih bentuk sediaan topikal karena lokasi lesi yang bersifat lokal sehingga didapatkan efek samping yang minimal.

Edukasi pada pasien:
·         Meminta pasien untuk selalu menjaga kebersihan diri
·         Untuk obat anti jamur dan hidrokortison, dikarenakan kedua obat sediaannya topikal, diberikan interval pemberian untuk keduanya, obat kedua dapat dioleskan satu jam setelah obat pertama.
·         Menghindari hal-hal yang menyebabkan alergi pada pasien
·         Jika keluhan berlanjut setelah pengobatan selama 1 minggu, konsultasikan kembali pada dokter.


PENULISAN RESEP
dr. Anshoril Arifin
SIP No: 666/456/UP/DINKES
Praktek :
JL. Kekalik No.666 Mataram
Tlp:  (0370) 621954

Mataram, 8 Juni 2012


   g
R/ Cr hidrokortisone 1% tube I
s.b.d.d mane et vesp  
 

   g
R/ Cr ketoconazole 2% tube I
s.b.d.d mane et vesp
                                                                 
   g
R/ Tab Cetrizine mg 10 no. V
 s.u.d.d  p.r.n tab I p.c    


                                                                      


Pro        : Ny. S
Umur    :  35 tahun
Alamat : Jl. Pemuda No.45, Mataram  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar