Kasus 7
Seorang
laki-laki 40 tahun datang berobat ke praktek dokter swasta dengan keluhan
selalu lapar, haus, dan sering kencing sejak 1 bulan terakhir ini. Hasil
anamnesis, pasien mempunyai riwayat DM dalam keluarganya. Setelah dilakukan
pemeriksaan didapatkan tekanan darah: 170/100, nadi: 80x/menit dan
pernafasan:20x/menit, TB 160 cm, BB 90 kg. Oleh karena itu dokter yang
memeriksanya, pasien kemudian dirujuk ke laboratorium untuk memeriksa gula
darahnya. Gula darah yang diminta oleh dokter adalah gula darah puasa dan 2 jam
PP. Pasien diminta datang dengan membawa hasil laboratorium yang dilakukan tadi
pagi, ditemukan GDP: 200mg/dl, GD 2 jam PP 210 mg/dl. Dokter kemudian
memberikan metmorfin, glibenclamid dan anti hipertensi.
1)
Keluhan utama :
a)
Selalu lapar
b)
Selalu haus
c)
Dan sering kencing
Ketiga hal ini
termasuk ke dalam trias Diabetes Melitus (polifagi, polidipsi dan poliyuri)
2)
Pemeriksaan Tanda vital :
a)
Tekanan darah :
170/100 è mengalami kenaikan dan
termasuk ke dalam hipertensi grade 2
b)
Nadi :
80x/menit è masih dalam batas normal
c)
Pernafasan :20x/menit
è masih dalam batas normal
d)
Suhu : masih
belum diketahui
3)
Pemeriksaan fisik
a)
TB : 160 cm
b)
BB : 90 kg
BMI pada pasien:
=
= 35,1 è termasuk kriteria “Obese”
4)
Pemeriksaan laboratorium
a)
GDP = 200 mg/dl
b)
GD 2 jam PP = 210 mg/dl
A.
Daftar Masalah
·
Selalu lapar, haus dan sering kecing sejak 1 bulan terakhir
·
GDP : 200 mg/dl, GD 2 jam PP 210 mg/dl. (DM tipe II)
·
RPK : DM (+)
·
TD : 170/100 mmHg (hipertensi grade II)
·
BMI : 90/(1,6)2=35,1 (obesitas grade II)
B.
Diagnosis : DM dan Hipertensi grade II
C.
Tujuan Terapi
·
Menurunkan TD
Non-farmakologis:Modifikasi gaya hidup antara lain:
menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok dan
alkohol, serta mengurangi konsumsi garam
Farmakologis:
·
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat
antihipertensi (OAH):
-
Pengaruh OAH terhadap profil lipid
-
Pengaruh OAH terhadap metabolisme glukosa
-
Pengaruh OAH terhadap resistensi insulin
-
Pengaruh OAH terhadap hipoglikemia terselubung
·
Menurunkan gula darah
D.
Golongan obat yang sesuai tujuan terapi
·
Menurunkan gula darah
-
BiguanideàMetformin
-
SulfonylureaàGlibenclamide
·
Menurunkan TD
-
Diuretika
-
Calsium chanel blocker
-
ACE-inhibitor
-
ARB (angiostensi II receptor blocker)
-
BB
Analisis:
·
Biguanide
Pada
pasien ini yang terjadi adalah diabetes tipe 2, dimana terjadi penurunan
sensitiftas masukan glukosa di sel perifer (otot dan lemak). Biguanide adalah
obat yang digunakan untuk meningkatkan sensitifitas dari reseptor perifer
tersebut. Biguanide digunakan sebagai first line terapi untuk pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan obesitas. Pasien ini
mengalami DM tipe 2 dengan obese grade 2. Obat biguanide yang dipilih
adalah metformin. Mekanisme kerjanya:
a)
Menurunkan BB 1-2kg (tidak
signifikan), namun tidak menyebabkan hipoglikemia
b)
Menurunkan
glukoneogenesis hepar
c)
Meningkatkan uptake glukosa oleh otot
d)
Meningkatkan
sensitivitas insulin
e)
Menurunkan
HbA1c 0,8-2%
Efek
samping metformin adalah Mual, muntah, diare. Untuk mengurangi keluhan tersebut
dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. Dosis metformin untuk dewasa
& anak > 10 tahun adalah 500 mg sekurang-kurangnya untuk satu minggu
setelah sarapan, makan siang dan makan malam ( 3kali sehari). Sediaan tablet
generic untuk metformin adalah 500mg.
·
Sulfonylurea
Sulfonylurea
merupakan obat insulin secretogogik yaitu obat yang meningkatkan kerja pancreas
untuk mensekresikan insulin. Obat yang dipilih adalah glibenclamide. Mekanisme:
a)
Menstimulasi reseptor pada
permukaan sel beta, menutup saluran K+ &membuka saluran Ca2+. Sehingga terjadi sekresi
insulin.
b)
Menurunkan HbA1c sebesar 1-2% pada
pemakaian jangka panjang
Glibenklamid è dosis awal 5 mg setelah
makan pagi, dosis maksimum 15 mg (1 kali sehari) è tablet 5 mg (generik).
·
Obat antihipertensi
Untuk menangani hipertensi
pada pasien, dokter pada skenario menggunakan obat anti hipertensi, menurut JNC
VII goal dalam penurunan tekanan darah <130/80 untuk pasien DM atau gangguan
ginjal dan < 140/90 untuk pasien yang tidak mengalami gangguan. Untuk
mengatasi hipertensi pada DM, menurut JNC VII berdasarkan urutan yang dapat
digunakan antara lain ACEI atau ARB, diuretik, dan Beta bloker atau CCB. Obat
diuretic diketahui memiliki efek samping yaitu Beberapa
diantaranya mengganggu kontrol diabetes,hiperuricemia, kejang otot,
meningkatkan rasio LDL/HDL. Sehingga pada pasien ini diuretic tidak dapat
dipilih. Obat beta bloker memiliki efek samping meningkatkan trigliserida, dan
menurunkan HDL level. Jika digunakan pada pasien DM dapat berisiko meningkatkan
tekanan darahnya. Obat yang digunakan pada pasien ini kami pilih adalah
ACEI. ACE inhibitor memiliki keuntungan khusus untuk pasien DM dan akan
memperlambat perkembangan dan progresifitas diabetik glomerulopati. Obat ACEI
yang dipilih adalah cartopril dengandosis awal 12,5 mg (2 kali sehari).
dr. Anshoril Arifn
SIP No: 666/456/UP/DINKES
|
|||
Praktek :
JL. Halmahera No.333 Mataram
Tlp:
(0370) 621954
|
|||
Mataram,
8 Juni 2012
S.t.d.d. tab I d.c.
R/ tab glibenclamide mg 5 No. VII
|
|||
Pro:
Tn.A
Umur :
35 tahun
Alamat
: Jl. Pemuda No.45, Mataram
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar