Rabu, 22 Agustus 2012

POSR Endokrin


Kasus 7
Seorang laki-laki 40 tahun datang berobat ke praktek dokter swasta dengan keluhan selalu lapar, haus, dan sering kencing sejak 1 bulan terakhir ini. Hasil anamnesis, pasien mempunyai riwayat DM dalam keluarganya. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan tekanan darah: 170/100, nadi: 80x/menit dan pernafasan:20x/menit, TB 160 cm, BB 90 kg. Oleh karena itu dokter yang memeriksanya, pasien kemudian dirujuk ke laboratorium untuk memeriksa gula darahnya. Gula darah yang diminta oleh dokter adalah gula darah puasa dan 2 jam PP. Pasien diminta datang dengan membawa hasil laboratorium yang dilakukan tadi pagi, ditemukan GDP: 200mg/dl, GD 2 jam PP 210 mg/dl. Dokter kemudian memberikan metmorfin, glibenclamid dan anti hipertensi.

1)      Keluhan utama :
a)      Selalu lapar
b)      Selalu haus
c)      Dan sering kencing
Ketiga hal ini termasuk ke dalam trias Diabetes Melitus (polifagi, polidipsi dan poliyuri)

2)      Pemeriksaan Tanda vital :
a)      Tekanan darah : 170/100  è mengalami kenaikan dan termasuk ke dalam hipertensi grade 2
b)      Nadi                : 80x/menit è masih dalam batas normal
c)      Pernafasan       :20x/menit è masih dalam batas normal
d)     Suhu                : masih belum diketahui

3)      Pemeriksaan fisik
a)      TB : 160 cm
b)      BB : 90 kg
BMI  pada  pasien:   =  = 35,1 è termasuk kriteria “Obese”

4)      Pemeriksaan laboratorium
a)      GDP = 200 mg/dl
b)      GD 2 jam PP = 210 mg/dl

A.    Daftar Masalah
·         Selalu lapar, haus dan sering kecing sejak 1 bulan terakhir
·         GDP : 200 mg/dl, GD 2 jam PP 210 mg/dl. (DM tipe II)
·         RPK : DM (+)
·         TD : 170/100 mmHg (hipertensi grade II)
·         BMI : 90/(1,6)2=35,1 (obesitas grade II)
B.     Diagnosis : DM dan Hipertensi grade II
C.     Tujuan Terapi
·         Menurunkan TD
Non-farmakologis:Modifikasi gaya hidup antara lain: menurunkan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik, menghentikan merokok dan alkohol, serta mengurangi konsumsi garam
Farmakologis:
·         Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat antihipertensi (OAH):
-          Pengaruh OAH terhadap profil lipid
-          Pengaruh OAH terhadap metabolisme glukosa
-          Pengaruh OAH terhadap resistensi insulin
-          Pengaruh OAH terhadap hipoglikemia terselubung
·         Menurunkan gula darah
D.    Golongan obat yang sesuai tujuan terapi
·         Menurunkan gula darah
-          BiguanideàMetformin
-          SulfonylureaàGlibenclamide
·         Menurunkan TD
-          Diuretika
-          Calsium chanel blocker
-          ACE-inhibitor
-          ARB (angiostensi II receptor blocker)
-          BB

Analisis:
·         Biguanide
Pada pasien ini yang terjadi adalah diabetes tipe 2, dimana terjadi penurunan sensitiftas masukan glukosa di sel perifer (otot dan lemak). Biguanide adalah obat yang digunakan untuk meningkatkan sensitifitas dari reseptor perifer tersebut. Biguanide digunakan sebagai first line terapi untuk pasien diabetes melitus tipe 2 dengan obesitas. Pasien ini  mengalami DM tipe 2 dengan obese grade 2. Obat biguanide yang dipilih adalah metformin. Mekanisme kerjanya:
a)      Menurunkan BB 1-2kg (tidak signifikan), namun tidak menyebabkan hipoglikemia
b)      Menurunkan glukoneogenesis hepar
c)      Meningkatkan uptake glukosa oleh otot
d)     Meningkatkan sensitivitas insulin
e)      Menurunkan HbA1c 0,8-2%
Efek samping metformin adalah Mual, muntah, diare. Untuk mengurangi keluhan tersebut dapat diberikan pada saat atau sesudah makan. Dosis metformin untuk dewasa & anak > 10 tahun adalah 500 mg sekurang-kurangnya untuk satu minggu setelah sarapan, makan siang dan makan malam ( 3kali sehari). Sediaan tablet generic untuk metformin adalah 500mg.
·         Sulfonylurea
Sulfonylurea merupakan obat insulin secretogogik yaitu obat yang meningkatkan kerja pancreas untuk mensekresikan insulin. Obat yang dipilih adalah glibenclamide. Mekanisme:
a)      Menstimulasi reseptor pada permukaan sel beta, menutup saluran K+ &membuka saluran Ca2+. Sehingga terjadi sekresi insulin.
b)      Menurunkan HbA1c sebesar 1-2% pada pemakaian jangka panjang
Glibenklamid è dosis awal 5 mg setelah makan pagi, dosis maksimum 15 mg (1 kali sehari) è tablet 5 mg (generik).
·         Obat antihipertensi
Untuk menangani hipertensi pada pasien, dokter pada skenario menggunakan obat anti hipertensi, menurut JNC VII goal dalam penurunan tekanan darah <130/80 untuk pasien DM atau gangguan ginjal dan < 140/90 untuk pasien yang tidak mengalami gangguan. Untuk mengatasi hipertensi pada DM, menurut JNC VII berdasarkan urutan yang dapat digunakan antara lain ACEI atau ARB, diuretik, dan Beta bloker atau CCB. Obat diuretic diketahui memiliki efek samping yaitu Beberapa diantaranya mengganggu kontrol diabetes,hiperuricemia, kejang otot, meningkatkan rasio LDL/HDL. Sehingga pada pasien ini diuretic tidak dapat dipilih. Obat beta bloker memiliki efek samping meningkatkan trigliserida, dan menurunkan HDL level. Jika digunakan pada pasien DM dapat berisiko meningkatkan tekanan darahnya. Obat yang digunakan pada pasien ini kami pilih adalah ACEI. ACE inhibitor memiliki keuntungan khusus untuk pasien DM dan akan memperlambat perkembangan dan progresifitas diabetik glomerulopati. Obat ACEI yang dipilih adalah cartopril dengandosis awal 12,5 mg (2 kali sehari).


dr. Anshoril Arifn
SIP No: 666/456/UP/DINKES
Praktek :
JL. Halmahera No.333 Mataram
Tlp:  (0370) 621954

Mataram, 8 Juni 2012

g
R/ tab metformin mg 500 No.XXI
S.t.d.d. tab I d.c.
                                                                 
R/ tab glibenclamide mg 5  No. VII
g
S.u.d.d. tab I  15-30 menit  a.c.


R/tab Captopril mg 12,5 No. XIV
g
S.b.d.d. tab I p.c.
                                                                                 

Pro: Tn.A
Umur    :  35 tahun
Alamat : Jl. Pemuda No.45, Mataram  



















                    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar