Senin, 20 Agustus 2012

POSR Gastrointestinal


KASUS 1
Seorang Mahasiswa berumur 20  tahun datang ke poliklinik unram dengan keluhan nyeri ulu hati yang berat sampai berguling-guling sejak tadi malam. Keluhan ini disertai kembung, mual dan muntah. Keluhan seperti ini dialami sejak 3 tahun yang lalu, kambuh-kambuhan. Dalam 1 minggu, 2-3 kali kambuh, terutama jika terlambat makan dan minum teh atau minuman kecut. Dia sangat khawatir, muntahnya kemarin bercampur darah hitam. selama ini dia hanya menggunakan obat kunyah. Dokter kemudian memberikan obat golongan antasida, antiemetik, penurun produksi asam lambung.

a.    Permasalahan
·         nyeri ulu hati sampai berguling-guling
·         nyeri ulu hati disertai kembung, mual, muntah
·         sehari sebelumnya, muntah bercampur darah hitam
·         keluhan nyeri ulu hati dialami sejak 3 tahun lalu, kambuh-kambuhan; dalam 1 minggu, 2-3 kali kambuh, terutama jika terlambat makan

Analisis
Pasien mengeluh nyeri ulu hati yang berarti diagnosis klinisnya adalah dyspepsia. Dyspepsia merupakan suatu sindrom atau kumpulan beberapa penyakit saluran cerna seperti mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa, rasa terbakar, rasa penuh ulu hati dan cepat merasa kenyang. Muntah yang disertai darah biasa disebut sebagai hematemesis, hal ini terjadi karena perdarahan gastrointestinal bagian atas. Melihat dari keluhannya yang bersifat kronis dan kambuh jika terlambat makan, kemungkinan yang mengalami gangguan adalah lambungnya. Keluhan dyspepsia dapat timbul pada lambung akibat adanya tukak lambung. Tukak lambung atau ulkus gaster bermanifestasi klinis dyspepsia dan juga hematemesis. Untuk membedakannya dengan tukak duodenum, dapat dilihat dari keluhan pasien yang kambuh jika terlambat makan, karena pada tukak duodenum yang terjadi adalah merasa nyeri ulu hati sekitar 90 menit post prandial. Kemungkinan diagnosis yang lain dapat berasal dari organ hati. Namun manifestasi klinis jika yang mengalami kelainan pada organ hati yaitu kuning tidak nampak pada pasien. Kemungkinan yang lain juga adalah gastritis kronis. Untuk membedakan antara tukak gaster dengan gastritis kronis diperlukan pemeriksaan endoskopi.
Diagnosis: dyspepsia et causa ulkus gaster.

b.   Tujuan terapi
·         Untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri ulu hati dan mual
·         Untuk menghentikan muntah
·         Mencegah kekambuhan
·         Istirahat; diet yang baik dan sesuai

c.    Daftar kelompok obat yang manjur sesuai tujuan terapi
·      Terapi:
ü Penetral asam lambung         : Antacid
ü Penghambat muntah             : antiemetic ( Antagonis 5HT3)
ü Mencegah kekambuhan        :Mengurangi atau menghentikan produksi asam lambung: Antacid, Proton Pump Inhibitor (PPI), Antagonis H2 Receptor
·      Obat yang menjadi pilihan:
ü Penetral asam lambung: Antasida DOEN, tablet kunyah.
Obat antasida DOEN merupakan obat kombinasi magnesium dan aluminium dalam menteralkan asam lambung, sehingga efek samping kedua zat tersebut dapat dihilangkan. Efek samping magnesium yaitu menyebabkan diare sedangkan efek smaping aluminium adalah konstipasi. Obat ini diberikan jika diperlukan saja. Penggunaannya dapat diminum sebelum makan dan sebelum tidur. Penggunaan setelah  makan ditujukan untuk menetralisir asam lambung yang disekresikan saat seseorang makan atau disebut sebagai fase gastrik. Biasanya diminum 90 menit setelah makan. Pada saat sebelum tidur ditujukan untuk menetralisir asam lambung pada malam hari. Karena menurut yang saya baca di Ilmu Penyakit Dalam sekresi asam lambung terbanyak adalah saat malam hari. Pada pasien ini yang diberikan adalah suspensi dikarenakan suspensi lebih tiidak menimbulkan enek dibandingkan tablet kunyah. Dari segi onset of action dan kemampuan meredakan juga lebih unggul suspensi. Dosisnya adalah 4x30cc (3 kali sehari dan sebelum tidur). Walaupun penggunaannya seperti yang disebutkan, dapat pula digunakan saat mengalami serangan nyeri.
ü Mencegah kekambuhan: Yang paling unggul dalam mengatasi kekambuhan adalah PPI. Pasien diatas mengalami dyspepsia kronis disertai hematemesis. Menurut penelitian, kejadian ulkus gaster paling tinggi disebabkan oleh bakteri H. pylori. Pada pasien kita tidak mengetahui apakah daerah tempat tinggal pasien endemic H. pylori atau tidak. Biasanya penatalaksanaan untuk ulkus gaster dengan H Pylori harus dengan terapi eradikasinya. Dari hasil penelitian penggunaan PPI tanpa terapi eradikasi tidak berbeda jauh dengan penggunaan PPI yang dikombinasi dengan terapi eradikasi, sehingga PPI adalah obat yang cocok untuk mencegah kekambuhan. Penelitian membandingkan pengobatan PPI dan H­2RA menemukan ulserasi gaster dan ulserasi duodenum adalah signifikan lebih rendah pada pengobatan PPI. PPI yang dipilih adalah omeprazole dengan dosis 2x20mg diberikan selama 4 minggu. Namun pada resep dibuat pengobatan satu minggu, dengan alasan resep tersebut dapat diulang selama 4 minggu. PPI digunakan 30 menit sebelum makan dikarenakan fungsinya sebagai inhibisi sekresi dari asam lambung.
ü Penghambat muntah (anitiemetic): karena penyebab muntah akibat dari peningkatan sekresi asam lambung, obat yang digunakan tidaklah antiemetic yang bekerja di sentral seperti metilclopramide. Dalam hal ini yang digunakan adalah domperidone. Dosis domperidone adalah 10 mg yang diberikan setiap 8 jam sebelum makan. Hal ini utnuk mencegah rasa mual dan muntah pada saat makan.
dr. Anshoril Arifin                            Iter 3x
SIP No : 300/123/UP/DINKES
Praktek : Jl. halmahera no. 1 Mataram,
No. Telp : 0370 - 640247

Mataram, 8 Juni 2012
R/        Caps. Omeprazol mg 20          no XII
S. b.d.d caps I. a.c
Paraf
R/        Susp. Antasida Doen              lag I
S.t.d.d. cth.I. p. c  
Paraf
R/        Tab . Domperidon mg 10        no X
S. p. r. n. t. d .d. tab I. a. c
Paraf


Pro       : Nona Laila
Umur    : 20 Tahun
Alamat            :  Jl. Bunga Mawar  No. 7  Mataram

KIE: jika pasien mengalami muntah darah berulang, maka segera menghubungi dokter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar