II.3.1
Definisi
Chikungunya adalah penyakit mirip demam
dengue yang disebabkan oleh virus chikungunya dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes africanus. Chikungunya dalam bahasa Swahili berarti kejang
urat. Istilah lain penyakit ini adalah dengue,
dyenga, abu rokap, dan demam tiga hari. Penyakit ini ditandai dengan demam,
mialgia atau atralgia, ruam kulit, leukopenia, dan limfadenopati. Karena
vektornya nyamuk, chikungunya tergolong arthropod-borne
disease, yaitu penyakit yang disebarkan oleh arthropoda.
II.3.2 Epidemiologi
Distribusi geografis demam chikungunya
saat ini meliputi daerah tropis Subsahara Afrika (termasuk Afrika Barat, Tengah
dan Selatan), Asia, serta Amerika Selatan.5,8,10 Berbagai wabah demam
chikungunya dilaporkan terjadi selama abad ke-20 lalu. Infeksi chikungunya juga terdokumentasi
secara serologis di Afrika, India, dan Asia Tenggara. Demam chikungunya
menampilkan profil epidemiologi yang menarik. Epidemi mayor timbul dan
menghilang per siklus, biasanya dengan periode interepidemi antara 7-8 tahun,
bahkan bisa mencapai 20 tahun, seperti yang terjadi di Indonesia pada tahun
1999. Jadi virus chikungunya dapat menimbulkan KLB setelah sebelumnya
menghilang selama beberapa tahun atau dekade. Hal ini berbeda dengan infeksi
dengue yang cenderung bersifat endemis. Satu gelombang epidemi umumnya
berlangsung beberapa bulan, kemudian menurun dan bersifat ringan sehingga
sering tidak termonitor.
Serangan demam chikungunya bersifat
sporadis, artinya di berbagai tempat timbul serangan berskala kecil, misalnya
mengenai beberapa desa, sehingga penyebarannya tidak merata. Hal ini berbeda
dengan serangan infeksi dengue yang menyebar luas. Karena serangan demam
chikungunya tidak muncul setiap tahun seperti infeksi dengue, maka tidak heran
bila masyarakat menganggapnya sebagai suatu penyakit baru.
KLB demam chikungunya dapat berjumlah
ratusan atau ribuan kasus, tetapi belum pernah ditemukan kematian. Dilaporkan
angka serangan pada populasi yang rentan dapat mencapai 40-85% dan rasio pasien
simtomatik dengan pasien asimtomatik sekitar . Meskipun gambaran alamiah
episode KLB demam chikungunya masih belum sepenuhnya dapat dimengerti, akan
tetapi terlihat terdapat beberapa factor yang berpengaruh yakni :
1. Urbanisasi,
2. pemanasan global,
3. suseptibilitas
manusia dan vektor terhadap infeksi,
4. densitas
tinggi vektor nyamuk,
5. penyebaran
vektor dan virus dari daerah endemik ke area geografi yang baru, terutama
akibat meningkatnya perjalanan manusia dan perdagangan.
Co-circulation demam
dengue pada banyak wilayah menyebabkan kasus-kasus demam chikungunya seringkali
secara klinis didiagnosis salah sebagai demam dengue. Oleh karena itu insiden
demam chikungunya dapat lebih besar dari yang dilaporkan.
II.3.3 Faktor Resiko
Kasus-kasus berat demam
chikungunya dapat terjadi pada :
1.
bayi baru lahir
2.
wanita hamil
3.
penderita imunocompromise
(kanker atau HIV/ AIDS).
4.
Penderita
penyakit kronik (penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus)
5.
Orang tua
II.3.4 Etiologi
Demam chikungunya disebabkan
oleh virus chikungunya (CHIKV), yang disebut juga Buggy Creek virus.
Virus ini termasuk dalam genus Alphavirus dari famili Togaviridae.
Virus chikungunya terdiri dari 1 molekul single strand RNA, yang
dibungkus oleh membran lipid, berbentuk spherical dan pleomorphic,
dengan diameter ± 70 nm. Virus ini berkembangbiak
dalam sitoplasma sel inangnya.
Virus dapat menyerang
manusia dan hewan. Virus ini berpindah dari satu penderita ke penderita lain
melalui gigitan nyamuk, terutama dari genus Aedes, seperti Aedes
aegypti. Nyamuk Aedes aegypti (yang juga menularkan demam dengue dan
demam kuning) merupakan vektor utama untuk demam chikungunya.1,3,5 Virus yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini akan berkembang biak di dalam
tubuh manusia. Virus dapat menyerang semua usia, baik anak-anak maupun dewasa.
II.3.5 Patogenesis
Demam Chikungunya
Virus chikungunya ditemukan dalam kelenjar air liur
nyamuk vektor (terutama dari genus aedes,
seperti aedes aegypti). infeksi
chikungunya terjadi di wilayah dimana nyamuk Aedes yang terinfeksi virus
chikungunya menggigit manusia. Apabila nyamuk ditemukan sangat banyak dan
menggigit banyak orang di sekitarnya maka kemungkinan kejadian infeksi dapat
diestimasikan sangat tinggi, terutama pada ibu dan anak yang selalu tinggal di
rumah sejak pagi hingga sore hari.
Otot rangka merupakan tempat utama
replikasi virus. Pada tikus didapatkan adanya miositis, serta perdarahan
saluran cerna dan subkutan. Pada manusia, virus chikungunya sudah dapat
menimbulkan penyakit dalam 2 hari sesudah gigitan nyamuk. Penderita mengalami
viremia yang tinggi dalam 2 hari pertama sakit. Viremia berkurang pada hari
ke-3 atau ke-4 demam, dan biasanya menghilang pada hari ke-5. Silent infection dapat
terjadi, akan tetapi bagaimana hal itu bisa terjadi belum dapat dimengerti.
Antibodi yang timbul dari penyakit ini membuat penderita kebal terhadap
serangan virus selanjutnya. Oleh karena itu perlu waktu panjang bagi penyakit
ini untuk merebak kembali. Infeksi akut ditandai dengan timbulnya IgM terhadap
IgG antichikungunya yang diproduksi sekitar 2 minggu sesudah infeksi.
II.3.6 Manifestasi
Klinis
Demam
chikungunya merupakan infeksi viral akut dengan onset mendadak. Masa
inkubasinya berkisar antara 2-20 hari, namun biasanya 3-7 hari.
Manifestasi klinis berlangsung 3-10 hari, yang ditandai oleh demam, nyeri sendi (artralgia), nyeri otot
(mialgia), rash (ruam) makulopapuler, sakit kepala, rasa lemah, mual, muntah,
limfadenopati servikal, dan fotofobia. Manifesatasi pada demam chikungunya
memiliki karakteristik :
1.
Demam timbul
mendadak tinggi, biasanya sampai 39-40°C, disertai menggigil intermiten. Fase
akut ini menetap selama 2 atau 3 hari. Temperatur dapat kembali naik selama 1
atau 2 hari sesudah suatu gap selama 4-10 hari, menghasilkan kurve demam pelana
kuda (saddle back fever curve).
2.
Nyeri sendi
biasanya berat, dapat menetap, mengenai banyak sendi (poliartikular),
berpindah- pindah, terutama pada sendi-sendi kecil tangan (metakarpofalangeal),
pergelangan tangan, siku, pergelangan kaki dan kaki dengan gejala yang lebih
ringan pada sendi-sendi yang lebih besar. Karena rasa nyeri yang hebat,
penderita seolah sampai tidak dapat berjalan. Nyeri sendi yang memanjang
biasanya tidak dijumpai pada infeksi dengue.
3.
Anak-anak kurang
sering mengalami nyeri sendi, tetapi lebih sering menunjukkan gejala seperti
serangan demam mendadak, muntah, nyeri abdomen, dan konstipasi. Pada anak usia
kurang dari 3 tahun sering terjadi kejang.
4.
Mialgia
generalisata seperti nyeri pada punggung dan bahu biasa dijumpai. Karena gejala
yang khas adalah timbulnya rasa pegal-pegal, ngilu, juga timbul rasa sakit pada
tulang-tulang, maka ada yang menamainya sebagai demam tulang atau flu tulang.
5.
Kulit dan
konjungtiva juga tampak memerah. Petekia atau ruam makulopapuler dapat dijumpai
pada awal atau setelah beberapa hari perjalanan penyakit. Biasanya timbul
bersamaan dengan penurunan demam yang biasanya terjadi pada hari ke-2 atau ke-3
sakit.
6.
Selama penyakit
akut, sebagian besar pasien mengeluh sakit kepala, tetapi biasanya tidak berat.
7.
Fotofobia ringan dan nyeri retro-orbita juga
dapat terjadi.
8.
Injeksi konjungtiva, adanya faringitis, mual
sampai muntah.
9.
Uji torniquet jarang didapatkan positif. Pada
beberapa pasien dapat terjadi perdarahan minor seperti epistaksis atau
perdarahan gusi.
II.3.7 Pemeriksaan
1. Anamnesis :
ditemukan keluhan demam yang relatif singkat, nyeri sendi, nyeri otot, sakit
kepala, rasa lemah, mual, muntah, fotofobia serta daerah tempat tinggal
penderita yang berisiko terkena demam chikungunya.
2.
Pemeriksaan
fisik, dapat ditemukan adanya ruam
makulopapuler, limfadenopati servikal, dan injeksi konjungtiva.
3.
Pada pemeriksaan
hitung lekosit, beberapa pasien mengalami lekopenia dengan limfositosis
relatif. Jumlah trombosit dapat menurun sedang. Laju endap darah akan
meningkat. C-reactive protein positif pada kasus-kasus akut.
Berbagai pemeriksaan
laboratorium tersedia untuk membantu menegakkan diagnosis, seperti isolasi
virus dari darah, tes serologi klasik seperti uji hambatan aglutinasi/HI
(Charles & Casals), complement fixation/CF (Futton &
Dumbell), dan serum netralisasi, tes serologi modern dengan tehnik IgM capture ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assay); tehnik super modern dengan pemeriksaan PCR, serta
teknik yang paling baru dengan RT-PCR.
Diagnosis pasti adanya
infeksi virus chikungunya ditegakkan bila didapatkan salah satu hal berikut :
1. Peningkatan
titer antibodi 4 kali lipat pada uji hambatan aglutinasi (HI)
2. Virus
chikungunya (CHIKV) pada isolasi virus
3. IgM capture
ELISA
Definisi kasus infeksi chikungunya menurut WHO :
1. Kasus tersangka
Suatu kesakitan yang onsetnya akut, ditandai oleh
timbulnya demam mendadak diikuti oleh gejala-gejala berupa artralgia, sakit
kepala, nyeri punggung, fotofobia, dan ruam.
2. Kasus probabel
Klinis seperti di atas dan serologi positif
(pemeriksaan sampel serum tunggal yang diambil selama fase akut atau
konvalesensi)
3. Kasus konfirmasi
Kasus probabel dengan disertai salah satu dari berikut
ini:
- Kenaikan titer
antibodi HI sebesar 4 kali pada sampel serum berpasangan
- Deteksi
antibodi Iq M
- Isolasi virus
dari serum
- Deteksi asam
nukleat virus Chikungunya pada serum dengan RT-PCR.
II.3.8 Penatalaksanaan
Penyakit ini bersifat self-limiting
sehingga tidak ada terapi spesifik, hanya suportif dan simtomatik, yakni
dengan :
1.
Istirahat
2.
Analgetik
non-aspirin (ibuprofen, naproksen, natrium diklofenak, atau parasetamol)
3.
Pemberian cairan
(atasi dehidrasi)
4.
Penderita
dianjurkan makan makanan yang bergizi, cukup karbohidrat dan terutama protein
serta minum sebanyak mungkin. Perbanyak mengkonsumsi buah-buahan segar atau
minum jus buah segar.
5.
Pergerakan dan
latihan ringan dapat memperbaiki kekakuan dan nyeri pagi hari, tetapi latihan
berat dapat mengeksaserbasi gejala rematik.
6.
Pemberian
vitamin diperlukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.4,5,8 Daya tahan tubuh
yang baik dan istirahat cukup bisa mempercepat penyembuhan penyakit.
II.3.9 Prognosis
Prognosis penderita demam
chikungunya cukup baik sebab penyakit ini tidak menimbulkan kematian. Belum ada
penelitian yang secara jelas memperlihatkan bahwa demam chikungunya dapat
secara langsung menyebabkan kematian.
Karena infeksi virus
chikungunya baik klinis ataupun silent akan memberikan imunitas seumur
hidup, maka penyakit ini sulit menyerang penderita yang sama. Tubuh penderita
akan membentuk antibodi yang akan membuatnya kebal terhadap serangan virus ini
di kemudian hari. Dengan demikian, kecil kemungkinannya untuk terkena lagi.
Imunitas yang terbentuk dapat bertahan dalam jangka waktu lama, hingga dua
puluh tahunan.
II.3.10 Komplikasi
1. Walaupun jarang, infeksi chikungunya juga dapat
menimbulkan meningoensefalitis (radang otak dan selaput otak), terutama pada
bayi baru lahir dan mereka dengan penyakit dasar sebelumnya.
2.
Penyakit yang fullblown dengan gambaran
klinis yang dramatik paling sering terjadi pada orang dewasa.
II.3.11 Pencegahan
Sampai sekarang belum ada vaksin ataupun obat khusus
untuk penyakit ini. Jadi, cara terbaik
untuk menghindari infeksi virus chikungunya dalah dengan mencegah gigitan dan
perkembangbiakan nyamuk. Mengingat penyebar penyakit ini adalah nyamuk Aedes
aegypti maka cara terbaik untuk memutus rantai penularan adalah dengan
memberantas nyamuk tersebut, sama seperti yang disarankan dalam pemberantasan
penyakit demam berdarah dengue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar