Selasa, 06 November 2012

POSR Mata 2

Kasus Mata 2
Seorang perempuan berusia 50 tahun mengeluh mata kanan terasa nyeri sejak Sebulan yang lalu . Selain itu, penglihatan kanannya semakin kabur dan mata kanannya hanya dapat melihat dari sebelah kanan, berair, mengeluarkan  kotoran mata, penglihatan seperti melihat kabut dan seperti melihat pelangi. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi dan diabetes. Pasien sudah lama menggunakan kaca mata baca. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik, TD120/80 mmHg, nadi 80x/menit, frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36.3 derajat celcius.
1.      Daftar Masalah
a.       Nyeri sejak sebulan yang lalu
b.      Penglihatan kanannya semakin kabur dan mata kanannya hanya dapat melihat dari sebelah kanan.
c.       Berair, mengeluarkan kotoran mata,
d.      penglihatan seperti melihat kabut dan seperti melihat pelangi.
Kondisi: Usia 50 tahun dan pasien sudah lama menggunakan kacamata
2.      Diagnosis
Glaucoma Primer Sudut Tertutup
Analisis:
         Glaucoma biasa terjadinya pada pasien diatas 40 tahun. Serangan akut akan ditandai dengan rasa nyeri dan penglihatan “halo”. Penglihatan kabur disebabkan oleh adanya edema kornea. Pada glaucoma pasien akan mengalami gangguan penglihatan berupa penyempitan lapang pandang akibat gangguan saraf optic. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan COA yang dangkal dan rasio C:D meningkat. Diagnosis dibuat jika ditemukan TRIAS GLAUKOMA yaitu TIO meningkat, Kerusakan saraf optic, dan Penyempitan lapang-pandangan.

3.      Tujuan Terapi
a.       Menurunkan TIO dengan:
-          Mengurangi produksi HA
-          Melepaskan hambatan agar pengaliran dan pembuangan berjalan  lancar.
-          Mengurangi volume ocular

4.      Golongan Obat yang dipilih
a.       Untuk menurunkan TIO
Meningkatkan aliran keluar aqueous
Golongan Obat
Eficacy (Kemanjuran)
Safety (Keamanan)
Suitability (Kecocokan)
Parasimpato-mimetik, agonis kolinergik
· Menyebabkan kontraksi sfingter iris à konstriksi pupil.
· menstimulasi otot siliari à kontraksi korpus siliaris à membuka system drainase trabekular meshwork dan meningkatkan aliran aqueos humour à menurunkan TIO
ES pada mata : miosis disertai penglihtan suram, terutama pada pasien katarak, dan spasme akomodatif yang mungkin mengganggu pada pasien muda, reaksi alergi (jarang).

ES sistemik :  berkeringat, bradikardia, hipersalivasi, bronkospasme, kolik usus
KI : Asma bronchial, hipertiroid, insufisiensi koroner ulkus peptikum
Analog prostaglandin
Menurunkan TIO dengan cara meningkatkan aliran (outflow) aqueous humor.  Peningkatan drainase terjadi di suprachoroidal space di belakang iris, melawan trabekular meshwork.
ES : pigmentasi coklat yang menetap atau yang reversibel, iritasi okuler, hiperemi konjungtiva, erosi epitel pungtata.
KI : kehamilan atau merencanakan kehamilan
Epinefrin 
Mempengaruhi semua reseptor α dan β. Menstimulasi kontraksi pembuluh darah di korpus siliar sehingga mengurangi pembentukan aquos humor. Epinefrin juga meningkatkan ekskresi (outflow).
Weak - acting antiglaucoma medication.
Diberikan 2 x sehari
ES : rasa tidak nyaman setelah pemakaian dan dapat menyebabkan kemerahan konjungtiva.
Hati – hati pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler, DM, hipertiroidisme atau asma.
Supresi Produksi aqueous humor
Golongan Obat
Eficacy (Kemanjuran)
Safety (Keamanan)
Suitability (Kecocokan)
Penghambat beta adrenergic
Memblok aktivitas yang disebabkan oleh reseptor beta adrenergic (reseptor yang bertanggung awab pada peningkatan produksi aqous humor) à produksi aquos humor berkurang.
Diberikan 2 x sehari
ES : penurunan HR dan RR.
ES pada mata : mata kering sementara, iritasi mata, blefaro konjungtivitis alergik dan penurunan sensasi corneal.
KI : penyakit jantung dan pernafasan terutama asma dan COPD.
(karena reseptor β2 juga terdapat di jantung dan paru)
Pengham-bat karbonik anhidrase (CAIs)
Menurunkan kecepatan pembentukan aqueous humour sehingga menurunkan TIO.

(Karbonik anhidrase adalah enzim yang berperan penting dalam jalur fisiologi produksi aquos.)
ES : parestesia, hipokalemia, menurunnya nafsu makan, rasa mengantuk dan depresi, bintik merah pada kulit, batu ginjal.

ES pada mata dengan terapi sitemik jarang terjadi.
KI : pasien dengan alergi sulfonamid, penyakit jantung atau ginjal berat, insufisiensi adrenocortical dan  kehamilan.
Pengham-bat alpha adrenergic
Agoins α2 adrenergik berikatan dengan reseptor α2 à penurunan produksi aquos humor.
Sebagai terapi lini pertama atau sebagai tambahan, digunakan sebelum dan sesudah terapi laser.
ES : Reaksi alergi sering ditemukan. Kekeringan mulut.
KI : pasien dengan hipotensi sitemik






Pada kasus ini dipilih Penghambat karbonik anhidrase karena pemberian topikal dapat menurunkan TIO sebesar 15-25% dan pada pemberian secara sistemik dapat menurunkan TIO sebesar 25-40%. Pemberian secara sistemik memiliki efikasi yang lebih baik dari pada beta bloker.
Golongan beta-bloker juga dapat digunakan karena golongan ini memiliki risiko dan efek samping yang minimum pada penggunaannya baik dari terapi topikal maupun sistemik serta efektif dalam pencegahan kerusakan saraf optic akibat memburuknya glaucoma. Obat ini memiliki kemampuan untuk menurunkan TIO sebesar 20-30% dengan efek samping yang sangat minimal. Sediaan beta bloker selektif yang merupakan pilihan yang tepat untuk pasien, sedangkan harganya lumayan mahal serta tidak tersedia di puskesmas.
5.      Jenis Obat yang dipilih dari Golongan Karbonik anhidrase
Nama Obat
Eficacy
(Kemanjuran)
Safety
(Keamanan)
Suitability
(Kecocokan)
Cost
Asetazolamide
Sediaan
Ø Tablet, 125 mg dan 250 mg, action ; 8 - 12 jam
Ø Kapsul sustained – release, 500 mg, action ; 18 - 24 jam, 1 kapsul 2 x sehari.
Ø Parenteral , 500 mg, action ; 4 – 5 jam, indikasi : pe↓ TIO dengan cepat, dan terapi pra bedah glaucoma.

Dosis: 250 mg – 1 g / hari (dosis terbagi).
ES : parestesia, hipokalemia, menurunnya nafsu makan, rasa mengantuk dan depresi, bintik merah pada kulit, batu ginjal.
Indikasi : pengobatan glaukoma akut sudut terbuka, dan pasien yang TIO – nya tidak terkontrol dengan methazolami-de.
KI : pasien gangguan ginjal berat, kehamilan.
Asetazolamide
Tersedia di puskesmas

Diamox
Harga: Rp 90.000,- (tablet 250 mg x 100 tablet)

Methazolamide
Tersedia dalam bentuk tablet 25  atau 50 mg.  Dosis :  25 mg, 2 x sehari (maksimal 50 mg, 3 x sehari)
Merupakan obat pilihan ketika terapi sistemik diindikasikan pada glukoma.
ES : idem
KI : idem
-
Dichlorpenamide
Sediaan 50 mg,
CAI paling poten.
Diberikan 100 mg setiap 2 jam sampai diperoleh efek yang diinginkan, kemudian dikurangi, dosis maintenance 25 – 50 mg, 3 x sehari.
ES : Merupakan CAIs dengan insidensi efek yang tidak diinginkn paling besar
Indikasi : hanya digunakan saat obat lain dari golongan CAI gagal mengontrol TIO.
-
Dorzolamide
(Topical CAIs) 2%
Efek me↓ TIO lebih kecil daripada beta blocker à 20%
Pemberian ; 2 -3 kali sehari
ES : iritasi mata dan rasa pahit, blefarokon-jungtivitis alergi.
KI : idem
-

Obat yang digunakan : obat yang dipilih adalah Asetazolamide, dari segi efikasi semua obat dalam golongan hampir sama, namun Asetazolamide sediaannya mudah didapatkan di puskesmas.
6.      BSO dan Dosis
Nama obat
BSO
DOSIS
Asetozolamid
Tablet à 250 mg
diminum 3 x sehari, 250 mg



7.      Resep


 













                                                                                                                                                                 

Edukasi:
1.      Glaukoma adalah penyakit seumur hidup. Tidak dapat diobati seperti infeksi.
2.      Pasien dirujuk ke dokter spesialis mata untuk merencanakan pembedahan karena glaukoma akut disebabkan oleh kelainan anatomi sehingga harus dilakukan pembedahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar