Kasus
Mata 2
Seorang
perempuan berusia 50 tahun mengeluh mata kanan terasa nyeri sejak Sebulan yang
lalu . Selain itu, penglihatan kanannya semakin kabur dan mata kanannya hanya
dapat melihat dari sebelah kanan, berair, mengeluarkan kotoran mata, penglihatan seperti melihat
kabut dan seperti melihat pelangi. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit darah
tinggi dan diabetes. Pasien sudah lama menggunakan kaca mata baca. Hasil
pemeriksaan fisik menunjukkan keadaan umum baik, TD120/80 mmHg, nadi 80x/menit,
frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36.3 derajat celcius.
1. Daftar Masalah
a. Nyeri
sejak sebulan yang lalu
b. Penglihatan
kanannya semakin kabur dan mata kanannya hanya dapat melihat dari sebelah
kanan.
c. Berair,
mengeluarkan kotoran mata,
d. penglihatan
seperti melihat kabut dan seperti melihat pelangi.
Kondisi:
Usia 50 tahun dan pasien sudah lama menggunakan kacamata
2. Diagnosis
Glaucoma
Primer Sudut Tertutup
Analisis:
•
Glaucoma biasa terjadinya pada pasien
diatas 40 tahun. Serangan akut akan ditandai dengan rasa nyeri dan penglihatan
“halo”. Penglihatan kabur disebabkan oleh adanya edema kornea. Pada glaucoma
pasien akan mengalami gangguan penglihatan berupa penyempitan lapang pandang
akibat gangguan saraf optic. Pada pemeriksaan fisik akan ditemukan COA yang
dangkal dan rasio C:D meningkat. Diagnosis dibuat jika ditemukan TRIAS GLAUKOMA
yaitu TIO meningkat, Kerusakan saraf optic, dan Penyempitan lapang-pandangan.
3. Tujuan Terapi
a. Menurunkan
TIO dengan:
-
Mengurangi produksi HA
-
Melepaskan hambatan agar pengaliran dan
pembuangan berjalan lancar.
-
Mengurangi volume ocular
4. Golongan Obat yang dipilih
a. Untuk
menurunkan TIO
Meningkatkan aliran keluar
aqueous
|
||||
Golongan
Obat
|
Eficacy
(Kemanjuran)
|
Safety
(Keamanan)
|
Suitability
(Kecocokan)
|
|
Parasimpato-mimetik, agonis
kolinergik
|
·
Menyebabkan
kontraksi sfingter iris à konstriksi pupil.
·
menstimulasi
otot siliari à kontraksi korpus siliaris à membuka system drainase
trabekular meshwork dan meningkatkan aliran aqueos humour à menurunkan TIO
|
ES pada mata : miosis disertai
penglihtan suram, terutama pada pasien katarak, dan spasme akomodatif yang
mungkin mengganggu pada pasien muda, reaksi alergi (jarang).
ES sistemik : berkeringat,
bradikardia, hipersalivasi, bronkospasme, kolik usus
|
KI : Asma bronchial, hipertiroid,
insufisiensi koroner ulkus peptikum
|
|
Analog prostaglandin
|
Menurunkan
TIO dengan cara meningkatkan aliran (outflow) aqueous humor. Peningkatan drainase terjadi di
suprachoroidal space di belakang iris, melawan trabekular meshwork.
|
ES
: pigmentasi coklat yang menetap atau yang reversibel, iritasi okuler,
hiperemi konjungtiva, erosi epitel pungtata.
|
KI : kehamilan atau merencanakan
kehamilan
|
|
Epinefrin
|
Mempengaruhi
semua reseptor α dan β. Menstimulasi kontraksi pembuluh darah di korpus
siliar sehingga mengurangi pembentukan aquos humor. Epinefrin juga
meningkatkan ekskresi (outflow).
Weak - acting antiglaucoma medication.
Diberikan
2 x sehari
|
ES
: rasa tidak nyaman setelah pemakaian dan dapat menyebabkan kemerahan
konjungtiva.
|
Hati
– hati pada pasien dengan penyakit kardiovaskuler, DM, hipertiroidisme atau
asma.
|
|
Supresi
Produksi aqueous humor
|
||||
Golongan
Obat
|
Eficacy
(Kemanjuran)
|
Safety
(Keamanan)
|
Suitability
(Kecocokan)
|
|
Penghambat beta adrenergic
|
Memblok
aktivitas yang disebabkan oleh reseptor beta adrenergic (reseptor yang
bertanggung awab pada peningkatan produksi aqous humor) à produksi aquos humor
berkurang.
Diberikan
2 x sehari
|
ES
: penurunan HR dan RR.
ES
pada mata : mata kering sementara, iritasi mata, blefaro konjungtivitis
alergik dan penurunan sensasi corneal.
|
KI : penyakit jantung dan
pernafasan terutama asma dan COPD.
(karena
reseptor β2 juga terdapat di jantung dan paru)
|
|
Pengham-bat karbonik anhidrase
(CAIs)
|
Menurunkan
kecepatan pembentukan aqueous humour sehingga menurunkan TIO.
(Karbonik
anhidrase adalah enzim yang berperan penting dalam jalur fisiologi produksi
aquos.)
|
ES
: parestesia, hipokalemia, menurunnya nafsu makan, rasa mengantuk dan
depresi, bintik merah pada kulit, batu ginjal.
ES
pada mata dengan terapi sitemik jarang terjadi.
|
KI : pasien dengan alergi
sulfonamid, penyakit jantung atau ginjal berat, insufisiensi adrenocortical
dan kehamilan.
|
|
Pengham-bat alpha adrenergic
|
Agoins
α2 adrenergik berikatan dengan reseptor α2 à penurunan produksi aquos
humor.
Sebagai
terapi lini pertama atau sebagai tambahan, digunakan sebelum dan sesudah
terapi laser.
|
ES : Reaksi alergi sering
ditemukan. Kekeringan mulut.
|
KI
: pasien dengan hipotensi sitemik
|
|
Pada kasus ini dipilih Penghambat karbonik anhidrase
karena pemberian topikal dapat menurunkan TIO sebesar 15-25% dan pada pemberian
secara sistemik dapat menurunkan TIO sebesar 25-40%. Pemberian secara sistemik
memiliki efikasi yang lebih baik dari pada beta bloker.
Golongan beta-bloker juga dapat digunakan karena golongan ini memiliki risiko
dan efek samping yang minimum pada penggunaannya baik dari terapi topikal
maupun sistemik serta efektif dalam pencegahan kerusakan saraf optic akibat
memburuknya glaucoma. Obat ini memiliki kemampuan untuk menurunkan TIO sebesar
20-30% dengan efek samping yang sangat minimal. Sediaan beta bloker selektif
yang merupakan pilihan yang tepat untuk pasien, sedangkan harganya lumayan
mahal serta tidak tersedia di puskesmas.
5. Jenis Obat yang dipilih dari
Golongan Karbonik anhidrase
Nama Obat
|
Eficacy
(Kemanjuran)
|
Safety
(Keamanan)
|
Suitability
(Kecocokan)
|
Cost
|
Asetazolamide
|
Sediaan
Ø
Tablet, 125 mg dan 250 mg, action ; 8 - 12 jam
Ø
Kapsul sustained – release, 500 mg, action ; 18 - 24 jam, 1 kapsul 2 x
sehari.
Ø
Parenteral , 500 mg, action ; 4 – 5 jam, indikasi : pe↓
TIO dengan cepat, dan terapi pra bedah glaucoma.
Dosis: 250 mg – 1 g / hari (dosis terbagi).
|
ES :
parestesia, hipokalemia, menurunnya nafsu makan, rasa mengantuk dan depresi,
bintik merah pada kulit, batu ginjal.
|
Indikasi
: pengobatan glaukoma akut
sudut terbuka, dan pasien yang TIO – nya tidak terkontrol dengan
methazolami-de.
KI : pasien gangguan ginjal berat, kehamilan.
|
Asetazolamide
Tersedia di puskesmas
Diamox
Harga:
Rp 90.000,- (tablet 250 mg x 100 tablet)
|
Methazolamide
|
Tersedia
dalam bentuk tablet 25 atau 50
mg. Dosis : 25 mg, 2 x sehari (maksimal 50 mg, 3 x
sehari)
Merupakan
obat pilihan ketika terapi sistemik diindikasikan pada glukoma.
|
ES : idem
|
KI : idem
|
-
|
Dichlorpenamide
|
Sediaan
50 mg,
CAI
paling poten.
Diberikan
100 mg setiap 2 jam sampai diperoleh efek yang diinginkan, kemudian
dikurangi, dosis maintenance 25 – 50 mg, 3 x sehari.
|
ES : Merupakan CAIs dengan insidensi efek yang tidak diinginkn paling
besar
|
Indikasi : hanya digunakan saat
obat lain dari golongan CAI gagal mengontrol TIO.
|
-
|
Dorzolamide
(Topical CAIs) 2%
|
Efek
me↓ TIO lebih kecil daripada beta blocker à 20%
Pemberian
; 2 -3 kali sehari
|
ES :
iritasi mata dan rasa pahit, blefarokon-jungtivitis alergi.
|
KI : idem
|
-
|
Obat
yang digunakan : obat
yang dipilih adalah Asetazolamide, dari segi efikasi semua obat dalam golongan hampir
sama, namun Asetazolamide sediaannya mudah
didapatkan di puskesmas.
6. BSO dan Dosis
Nama obat
|
BSO
|
DOSIS
|
Asetozolamid
|
Tablet à 250 mg
|
diminum 3 x sehari, 250 mg
|
7. Resep
Edukasi:
1. Glaukoma
adalah penyakit seumur hidup. Tidak dapat diobati seperti infeksi.
2.
Pasien dirujuk ke dokter spesialis mata
untuk merencanakan
pembedahan karena glaukoma
akut disebabkan oleh kelainan anatomi sehingga harus dilakukan pembedahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar