Trauma Tumpul pada Kornea
Erosi Kornea
Erosi
kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan
oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membrane
basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat
dan menutupi defek epitel tersebut.
Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi
merusak kornea yang mempunyai serat sensible yang banyak, mata berair, dengan
blefarospasme, l;akrimasi, fotofobiaa, dan penglihatan akan terganggu oleh
media kornea yang keruh.
Pada kornea akan terlihat suatu
defek epitel kornea yang bila diberi pwarnaan fluorescein akan berwarna hijau. Pada
erosi kornea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang akan timbul kemudian.
Anastesi topikal dapat diberikan
untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilanhkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati
bila memakai obat anatetik topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada
pemeriksaan karena dapat menambah kerusakan
epitel.
Epitel yang terkelupas atau terlipat
sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan
antibiotika seperti antibiotika spectrum luas Neosporin, kloramfenikol, dan
sulfetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme silia makan
diberikan sikloplegik aksi-[endek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih
tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan
tertutup kembali setelah 48 jam.
Erosi Kornea Rekuren
Erosi
rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membrane basal atau tukak
metherpetik. Epitel yang menutup kornea akan
mudah lepas kembali diwaktu bangun pagi. Terjadinya erosi kornea
berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek epitel kornea. Sukarnya epitel
menutupi kornea diakibatkan oleh terjadinya pelepasan membrane basal epitel
kornea tempat duduknay sel basal epitel kornea. Biasanya membrane basal yang
rusak akan kembali normal setelah 6 minggu.
Pengobatan terutama bertujuan
melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk
membentuk membrane basal kornea. Pengobatan biasanya dengan memberikan
sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit atau untuk mengurangkan gejala
radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotic diberikan dalam bentuk tetes dan
mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi
sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang
mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi kornea
tidak diberi antibiotic dengan kombinasi steroid. Pemakaian lensa kontak pada
pasien dengan erosi rekuren sangat bermanfaat, karena dapat mempertahankan
epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan kelopak mata.
Trauma Tumpul Pada Lensa
Dislokasi Lensa
Trauma
tumpul pada lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi
pada putusnya zonulla zin yang akan menyebabkan kedudukan lensa menjadi
terganggu.
Subluksasi Lensa
Subluksasi
lensa terjadi akibat putusnya sebagian Zonulla Zinn sehingga lensa berpindah
tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita
kelainan pada Zonulla Zinn yang rapuh (Sindrom Marphan).
Pasien pasca trauma akan mengeluh
penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris
berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada Zonulla tidak ada maka lensa
yang elastic akan menjadi cembung dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa
yang menjadi sangat cembung akan mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik
mata depan tertutup. Bila sudut mata menjadi sempit pada mata akan mudah
terjadi glaucoma sekunder.
Subluksasi dapat mengakibatkan glaucoma
sekunder dimana terjadi penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung.
Bila tidak terjadi penyulit, subluksasi lensa seperti glaucoma atau uveitis
maka tidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kacamata koreksi yang sesuai.
Luksasi Lensa Anterior
Bila
seluruh Zonulla Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat
masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata
depan ini maka akan terjadi gangguan penglihatan keluar cairan bilik mata
sehingga akan timbul galukoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya.
Pasien akan mengeluh penglihatan penglihatan
menurun mendadak disertai dengan rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah
dengan bleforospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa
di bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan
bola mata sangat tinggi.
Pada luksasi anterior sebaiknya
pasien secepatnya dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan
terlebih dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola matanya.
Luksasi lensa posterior
Pada
trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat
putusnya Zonulla Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa jatuh ke dalam badan
kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli.
Pasien akan mengeluh adanya skotoma
pada lapangan pandangannya akibat lensa mengganggu kampus. Mata ini akan
menunjukkan gejala mata tanpa lensa atu afakia. Pasien akan melihat normal
dengan lensa + 12.0 dioptropi untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.
Lensa yang terlalu lama berada pada
polus posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaucoma
fakolitik ataupun uveitis fakotoksik. Bila luksasi telah menimbulkan penyulit
sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa.
Katarak Trauma
Katarak
akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlihat
sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak
subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak
seperti bintang dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang
disebut cincin Vossius.
Trauna tembus akan menimbulkan
katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat
proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus
besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai
dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan.
Pada keadaan ini akan terlihat
secara histopatologik masa lenssa yang akan bercampur makrofag dengan cepatnya,
yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul
anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan
mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin soemering atau bila epitel lensa
berproliferasi aktif akan terlihat mutiara elsching.
Pengobatan katarak traumatic bergantung
pada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan
terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intraocular
primer atau sekunder.
Pada katarak trauma apabila tidak
terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi
penyulit seperti glaucoma, uveitis dan lain sebagainya maka segera dilakukan
ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaucoma sering dijumpai pada orang usia
tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga
dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan,
ablasi retina, uveitis, atau salah letak lensa.
Cincin Vossius
Pada
trauma lensa dapat terlihat apa yang disebut cincin Vossius yang merupakan
cincin berpigmen yang terletak tepat dibelakang pupil yang dapat terjadi segera
setelah trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa
sesudah sesuatu trauma, seperti sesuatu stempel jari. Cincin hanya menunjukka
tanda bahwa mata tersebut telah mengalami trauma tumpul.
Sumber: Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta. 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar