Senin, 17 September 2012

Trauma Tumpul Pada Kornea dan Lensa


Trauma Tumpul pada Kornea
Erosi Kornea
Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat diakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea. Erosi dapat terjadi tanpa cedera pada membrane basal. Dalam waktu yang pendek epitel sekitarnya dapat bermigrasi dengan cepat dan menutupi defek epitel tersebut.
            Pada erosi  pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensible yang banyak, mata berair, dengan blefarospasme, l;akrimasi, fotofobiaa, dan penglihatan akan terganggu oleh media kornea yang keruh.
            Pada kornea akan terlihat suatu defek epitel kornea yang bila diberi pwarnaan fluorescein akan berwarna hijau. Pada erosi kornea perlu diperhatikan adalah adanya infeksi yang akan timbul kemudian.
            Anastesi topikal dapat diberikan untuk memeriksa tajam penglihatan dan menghilanhkan rasa sakit yang sangat. Hati-hati bila memakai obat anatetik topikal untuk menghilangkan rasa sakit pada pemeriksaan karena dapat menambah  kerusakan epitel.
            Epitel yang terkelupas atau terlipat sebaiknya dilepas atau dikupas. Untuk mencegah infeksi bakteri diberikan antibiotika seperti antibiotika spectrum luas Neosporin, kloramfenikol, dan sulfetamid tetes mata. Akibat rangsangan yang mengakibatkan spasme silia makan diberikan sikloplegik aksi-[endek seperti tropikamida. Pasien akan merasa lebih tertutup bila dibebat tekan selama 24 jam. Erosi yang kecil biasanya akan tertutup kembali setelah 48 jam.
Erosi Kornea Rekuren
Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membrane basal atau tukak metherpetik. Epitel yang menutup kornea akan  mudah lepas kembali diwaktu bangun pagi. Terjadinya erosi kornea berulang akibat epitel tidak dapat bertahan pada defek epitel kornea. Sukarnya epitel menutupi kornea diakibatkan oleh terjadinya pelepasan membrane basal epitel kornea tempat duduknay sel basal epitel kornea. Biasanya membrane basal yang rusak akan kembali normal setelah 6 minggu.
            Pengobatan terutama bertujuan melumas permukaan kornea sehingga regenerasi epitel tidak cepat terlepas untuk membentuk membrane basal kornea. Pengobatan biasanya dengan memberikan sikloplegik untuk menghilangkan rasa sakit atau untuk mengurangkan gejala radang uvea yang mungkin timbul. Antibiotic diberikan dalam bentuk tetes dan mata ditutup untuk mempercepat tumbuh epitel baru dan mencegah infeksi sekunder. Biasanya bila tidak terjadi infeksi sekunder erosi kornea yang mengenai seluruh permukaan kornea akan sembuh dalam 3 hari. Pada erosi kornea tidak diberi antibiotic dengan kombinasi steroid. Pemakaian lensa kontak pada pasien dengan erosi rekuren sangat bermanfaat, karena dapat mempertahankan epitel berada di tempat dan tidak dipengaruhi kedipan kelopak mata.
Trauma Tumpul Pada Lensa
Dislokasi Lensa
Trauma tumpul pada lensa dapat mengakibatkan dislokasi lensa. Dislokasi lensa terjadi pada putusnya zonulla zin yang akan menyebabkan kedudukan lensa menjadi terganggu.
Subluksasi Lensa
Subluksasi lensa terjadi akibat putusnya sebagian Zonulla Zinn sehingga lensa berpindah tempat. Subluksasi lensa dapat juga terjadi spontan akibat pasien menderita kelainan pada Zonulla Zinn yang rapuh (Sindrom Marphan).
            Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Subluksasi lensa akan memberikan gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada Zonulla tidak ada maka lensa yang elastic akan menjadi cembung dan mata akan menjadi lebih miopik. Lensa yang menjadi sangat cembung akan mendorong iris ke depan sehingga sudut bilik mata depan tertutup. Bila sudut mata menjadi sempit pada mata akan mudah terjadi glaucoma sekunder.
            Subluksasi dapat mengakibatkan glaucoma sekunder dimana terjadi penutupan sudut bilik mata oleh lensa yang mencembung. Bila tidak terjadi penyulit, subluksasi lensa seperti glaucoma atau uveitis maka tidak dilakukan pengeluaran lensa dan diberi kacamata koreksi yang sesuai.
Luksasi Lensa Anterior
Bila seluruh Zonulla Zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma maka lensa dapat masuk ke dalam bilik mata depan. Akibat lensa terletak di dalam bilik mata depan ini maka akan terjadi gangguan penglihatan keluar cairan bilik mata sehingga akan timbul galukoma kongestif akut dengan gejala-gejalanya.
            Pasien akan mengeluh penglihatan penglihatan menurun mendadak disertai dengan rasa sakit yang sangat, muntah, mata merah dengan bleforospasme. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar. Tekanan bola mata sangat tinggi.
            Pada luksasi anterior sebaiknya pasien secepatnya dikirim pada dokter mata untuk dikeluarkan lensanya dengan terlebih dahulu diberikan asetazolamida untuk menurunkan tekanan bola matanya.
Luksasi lensa posterior
Pada trauma tumpul yang keras pada mata dapat terjadi luksasi lensa posterior akibat putusnya Zonulla Zinn di seluruh lingkaran ekuator lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah polus posterior fundus okuli.
            Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapangan pandangannya akibat lensa mengganggu kampus. Mata ini akan menunjukkan gejala mata tanpa lensa atu afakia. Pasien akan melihat normal dengan lensa + 12.0 dioptropi untuk jauh, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.
            Lensa yang terlalu lama berada pada polus posterior dapat menimbulkan penyulit akibat degenerasi lensa, berupa glaucoma fakolitik ataupun uveitis fakotoksik. Bila luksasi telah menimbulkan penyulit sebaiknya secepatnya dilakukan ekstraksi lensa.
Katarak Trauma
Katarak akibat cedera pada mata dapat akibat trauma perforasi ataupun tumpul terlihat sesudah beberapa hari ataupun tahun. Pada trauma tumpul akan terlihat katarak subkapsular anterior ataupun posterior. Kontusio lensa menimbulkan katarak seperti bintang dan dapat pula dalam bentuk katarak tercetak (imprinting) yang disebut cincin Vossius.
            Trauna tembus akan menimbulkan katarak yang lebih cepat, perforasi kecil akan menutup dengan cepat akibat proliferasi epitel sehingga bentuk kekeruhan terbatas kecil. Trauma tembus besar pada lensa akan mengakibatkan terbentuknya katarak dengan cepat disertai dengan terdapatnya masa lensa di dalam bilik mata depan.
            Pada keadaan ini akan terlihat secara histopatologik masa lenssa yang akan bercampur makrofag dengan cepatnya, yang dapat memberikan bentuk endoftalmitis fakoanafilaktik. Lensa dengan kapsul anterior saja yang pecah akan menjerat korteks lensa sehingga akan mengakibatkan apa yang disebut sebagai cincin soemering atau bila epitel lensa berproliferasi aktif akan terlihat mutiara elsching.
            Pengobatan katarak traumatic bergantung pada saat terjadinya. Bila terjadi pada anak sebaiknya dipertimbangkan akan terjadinya ambliopia. Untuk mencegah ambliopia pada anak dapat dipasang lensa intraocular primer atau sekunder.
            Pada katarak trauma apabila tidak terdapat penyulit maka dapat ditunggu sampai mata menjadi tenang. Bila terjadi penyulit seperti glaucoma, uveitis dan lain sebagainya maka segera dilakukan ekstraksi lensa. Penyulit uveitis dan glaucoma sering dijumpai pada orang usia tua. Pada beberapa pasien dapat terbentuk cincin Soemmering pada pupil sehingga dapat mengurangi tajam penglihatan. Keadaan ini dapat disertai perdarahan, ablasi retina, uveitis, atau salah letak lensa.
Cincin Vossius
Pada trauma lensa dapat terlihat apa yang disebut cincin Vossius yang merupakan cincin berpigmen yang terletak tepat dibelakang pupil yang dapat terjadi segera setelah trauma, yang merupakan deposit pigmen iris pada dataran depan lensa sesudah sesuatu trauma, seperti sesuatu stempel jari. Cincin hanya menunjukka tanda bahwa mata tersebut telah mengalami trauma tumpul.

Sumber: Ilyas, S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. FKUI. Jakarta. 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar